Cewekbanget.ID - Kasus kekerasan dan pelecehan seksual adalah masalah serius yang bisa menimpa siapa pun dan kalangan mana pun.
Sayangnya, banyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang tidak diungkapkan oleh korban, sehingga untuk memeroleh keadilan terhadap kasus ini dianggap sulit.
Sebenarnya, apa sih alasan para korban memilih bungkam dan enggak mau mengungkapkan kejadian yang dia alami? Yuk simak alasannya berikut.
Baca Juga : Enggak Nyangka, Nonton Konser Ternyata Bikin Kita Panjang Umur!
Menganggap Wajar
Banyak korban kekerasan dan pelecehan seksual bungkam atas kejadian yang merka alami, dengan alasan ada kemungkinan pelakunya menganggap wajar apa yang dia lakukan.
Demikian dipaparkan oleh Lilian Ing, psikolog klinis di Fernhill Consultancy.
Mayoritas pelaku kekerasan dan pelecehan seksual menganggap wajar apa yang dia lakukan dan tidak sedikit pun berpikiran bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk kejahatan.
Dari pandangan ‘normal’ inilah, banyak korban yang bungkam.
Takut Menyakiti Orang Terdekat
Enggak sedikit juga korban pelecehan dan kekerasan seksual yang memilih bungkam dengan alasan takut menyakiti orang terdekat.
Hal ini dialami oleh model dan aktris, Cara Delevingne, yang sempat memilih enggak mengumbar pelecehan seksual yang dilakukan oleh Harvey Weinstein kepadanya.
Dalam postingan Instagramnya, Cara mengaku ragu dan khawatir buat mengungkapkan hal tersebut karena takut akan menyakiti keluarga terdekatnya.
Baca Juga : Bukan Sang Kakak, Ternyata Sosok Ini yang Bimbing Adik Ayana Moon Jadi Mualaf!
Victim-blaming
“Kamu, sih, pakai baju seksi” dan segala macam bentuk victim blaming lainnya memang sering jadi alasan kenapa banyak korban kekerasan dan pelecehan seksual memilih untuk bungkam.
Anisa Joseph, manager dari Sexual Assault Care Centre, memaparkan bahwa victim blaming yang dilakukan oleh banyak orang di sekitar korban menjadi pengaruh utama kenapa korban merasa bingung dan enggak yakin dengan hal yang dia alami.
Akibatnya, diam menjadi alasan mereka untuk enggak mengungkapkan kejadian tersebut dan menghindar supaya enggak disalahkan sama orang lain.
Takut Mendapat Reperkusi dari Pelaku
Biasanya reperkusi akan dilakukan oleh pelaku bila terjadi ketidakseimbangan antara ukuran fisik dan otoritas yang dimiliki oleh korban dan pelaku kekerasan atau pelecehan seksual.
Seperti yang terjadi pada korban-korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh Harvey Weinstein.
Harvey yang dikenal sebagai produser ternama film-film Hollywood, jelas memiliki otoritas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan model atau aktris yang menjadi korbannya.
Baca Juga : Mudah Menyerah dan Punya Prinsip Hidup, Ini Sifat Golongan Darah O!
Trauma
Syok dan trauma yang dihadapi oleh korban juga menjadi alasan kenapa mereka lebih memilih bungkam.
Dengan reaksi emosional yang mereka rasakan, korban pasti membutuhkan waktu supaya berpikir jernih dan menyadari hal yang terjadi pada mereka dengan jelas.
Kalau korban sudah mampu mengendalikan syok dan trauma yang dia rasakan, mereka akan bisa melakukan perlawanan.
Sadari Bentuk Kekerasan dan Pelecehan Seksual
Enggak semua pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi bersifat kekerasan fisik.
Misalnya ketika seseorang bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan seks atau memberi komentar seputar seks yang menganggu kepada kita, maka hal itu juga termasuk dalam pelecehan seksual, lho.
Saking banyaknya bentuk pelecehan seksual yang terjadi, kita harus tahu dengan pasti seperti apa bentuk pelecehan seksual tersebut.
Cara paling mudah adalah dengan menjawab ke-empat pertanyaan berikut;
- Apakah saya merasa nyaman, ketika hal itu terjadi?
- Apakah saya merasa diancam?
- Apakah saya merasa dihina atau direndahkan?
- Apakah saya tidak dihargai ketika melakukan penolakan atau mengatakan ‘tidak’?
Kalau dari ke-empat pertanyaan tersebut, kita menjawab ‘iya’ maka bisa dipastikan kalau kita mengalami kekerasan atau pelecehan seksual.
Baca Juga : Yuk, Bikin Martabak Tahu di Rumah untuk Buka Puasa! Gampang Banget!
Time to Speak Up
Bungkam enggak akan menyelesaikan masalah kekerasan dan pelecehan yang kita hadapi. Kita hanya menyembunyikannya, sementara akar masalahnya enggak dituntaskan.
Bungkam juga enggak akan menjamin kasus yang sama akan berhenti. Malah, pelaku-pelaku kekerasan dan pelecehan seksual itu semakin merasa enggak takut untuk melakukannya.
Sudah saatnya kita berani untuk mengungkapkan kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang kita alami.
Tujuannya adalah, supaya kita bisa menghindari kasus yang sama terjadi pada kita lagi dan teman-teman perempuan kita lainnya. Dengan speak up, kita enggak hanya menyelamatkan diri sendiri tapi juga orang lain.
Kita bisa melapor kepada pihak yang berwenang dan kalau perlu melaporkan kepada organisasi atau komunitas yang concern terhadap isu ini. (*)
KOMENTAR