Dr. Dominika Kanikowska, ahli patofisiologis di Poznan University of Medical Sciences, mengatakan, temuan mengenai cuaca panas membuat kita mudah emosi ini cukup mengejutkan. Soalnya bertentangan dengan konsep zaman dulu yang menyatakan kalau musim dingin lebih berat dibanding musim panas.
Fyi, data pertama yang menghubungan suhu panas dengan kebencian berasal dari statistik kejahatan.
Para analis menekankan, orang-orang sering terlibat kekerasan di musim panas, terutama ketika suhunya lebih hangat dari biasanya.
Baca Juga: Sering Kebangun Tengah Malam karena Lapar? Coba Konsumsi Camilan Ini Sebelum Tidur!
Kortisol disebut hormon stres karena ia dilepaskan ke aliran darah pada saat masa-masa sulit atau situasi yang mengecewakan.
Menurut dr. Kanikowska, kortisol membantu mengurangi inflamasi dan penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.
“Kadar kortisol biasanya tinggi di pagi hari dan menurun seiring berjalannya waktu, Jumlahnya semakin rendah di sore hari untuk mengatur pola tidur yang sehat. Penyakit, kurang tidur, dan beberapa obat bisa mempengaruhi kadar kortisol,” jelas dr. Kanikowska seperti yang dikutip dari National Geographic Indonesia
Dampak kenaikan temperatur
Dilansir dari National Geographic Indonesia, kenaikan temperatur memicu peningkatan denyut jantung dan juga reaksi metabolik yang memicu sistem saraf simpatik.
Baca Juga: Sering Susah Bangun Pagi? Bukannya Malas, Bisa Jadi Kita Alami Gejala Dysania!
Saraf tersebut berkaitan dengan respon bertarung taupun berlari (fight or flight). Fakta dari penelitian, ternyata saat cuaca panas, orang cenderung respon bertarung.
Itulah yang membuat kenapa cuaca panas membuat kita cenderung mudah emosi dan marah. (*)
Artikel ini pernah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul "Sendu Musim Panas, Cuaca Panas Membuat Seseorang Menjadi Pemarah"
Penulis | : | Elizabeth Nada |
Editor | : | Elizabeth Nada |
KOMENTAR