Cewekbanget.id - Girls, wabah virus Corona yang terjadi secara global memang berimbas pada berbagai sektor di Indonesia. Termasuk juga pada sektor keuangan, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Yup! Dilansir dari kompas.com yang mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Senin (23/03/2020) pukul 11.00 WIB melemah di angka Rp 16.550.
Fyi, angka tersebut lebih lemah 3,7 persen atau 590 poin dibanding penutupan perdagangan yang berada di level Rp 15.950 per dollar AS pada Jumat (20/03/2020) lalu.
Baca Juga: Bukan Junk Food, 5 Makanan Ini Lebih Beracun & Berbahaya Buat Kita!
Oiya, tambahan info dari kontan.co.id, nilai tukar rupiah yang hampir mendekati Rp 17.000 ini jadi yang terburuk di 20 tahun terakhir. Selain itu, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan Asia. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah sudah jeblok 19,35%.
Nah berangkat dari hal itu, muncul pula pertanyaan dan kekhawatiran, apakah kondisi rupiah yang melemah ini bakal sama dengan krisis tahun 1998?
Biar lebih jelas, yuk kita sama-sama simak info dan penjelasan lengkapnya berikut ini!
Bakal sama dengan krisis tahun 1998?
Kondisi seperti ini mengingatkan kita pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ketika Indonesia mengalami krisis moneter 1998, yakni Rp 16.650 per dollar AS.
Krisis yang kala itu dipicu oleh krisis mata uang bath Thailand dan sebagian utang luar negeri swasta yang tidak dilindungi nilai (hedging), mendorong tekanan pada rupiah mencapai 600 persen (dari Rp 2.350 per dollar menjadi Rp 16.000 per dollar) dalam kurun waktu kurang dari setahun.
Tentunya hal itu membuat kita khawatir, apakah melemahnya nilai tukar rupiah saat ini yang hampir mendekati Rp 17.000, akan mengakibatkan kondisi perekonomian yang sama kayak krisis tahun 1998?
Jawabannya tentu saja berbeda, girls. Hal ini juga didasari dari beberapa faktor terjadinya pelemahan nilai tukar rupiah. Salah satunya adalah wabah Covid-19 yang terjadi secara global.
Jadi, meski nanti nilai tukar rupiah mendekati angka Rp 17.000, keadaan ini masih berbeda dengan kondisi di tahun 1998.
Dilansir dari kompas.com, Chief Economist PT Bank Permata (Tbk) Josua Pardede menjelaskan bahwa meski level rupiah sudah jauh melemah, dasar (fundamental) perekonomian Indonesia sudah jauh lebih kuat dibandingkan dengan krisis 1998 lalu.
Selain itu, saat ini pengelolaan utang luar negeri swasta sudah jauh lebih berhati-hati. Hal ini, menurut Josua bisa dilihat dari pertumbuhan utang jangka pendek yang cenderung rendah.
Bank Indonesia (BI) pun telah mewajibkan transaksi lindung nilai bagi korporasi untuk mengurangi risiko nilai tukar.
"Dari sisi peringkat utang, pada tahun 1998, peringkat utang Pemerintah Indonesia sangat rendah, yakni junk bond, sehingga pemerintah harus berutang dengan premi yang sangat mahal," ujar Josua.
Sementara itu, kondisi saat ini bakal berbeda dengan krisis 1998 karena peringkat utang pemerintah pun saat ini sudah masuk kategori layak investasi oleh seluruh lembaga pemeringkat internasional.
Itu jadi bukti keyakinan lembaga internasional masih terjaga terhadap kinerja perekonomian Indonesia yang solid.
Baca Juga: Sariawan Enggak Hilang Lebih dari 2 Minggu? Sembuhin Pakai Bahan Alami Ini!
Jadi kesimpulannya girls, kalaupun level rupiah saat ini hampir menyamai level rupiah pada krisis 1998, tingkat depresiasi rupiah saat ini sekitar 19 persen ytd (kurs saat ini 16.550 per dollar) lebih rendah dibandingkan tingkat depresiasi rupiah ketika krisis 1998.
Itu dia sedikit penjelasan tentang kondisi nilai tukar rupiah kita saat ini. Semoga bisa sedikit menjawab rasa penasaran kita, ya.
Anyway, tetap sehat dan semangat baut #HadapiCorona ya, girls! (*)
Source | : | Kompas.com,Kontan.co.id |
Penulis | : | Elizabeth Nada |
Editor | : | Elizabeth Nada |
KOMENTAR