Cewekbanget.id - Virus corona saat ini masih jadi pandemi secara global yang belum ditemukan obat penawarnya.
Penularan virus corona yang diketahui selama ini adalah infeksi yang disebabkan dari droplet seseorang yang terinfeksi dan enggak sengaja masuk ke hidung dan tenggorokan orang lain.
Virus corona ini melemahkan kekebalan tubuh dan membuatnya menyerang sistem pernapasan.
Baca Juga: Punya Karakter yang Kuat, Cari Tahu Makeup yang Cocok Buat Cewek Berzodiak Aries!
Makanya selain gejala mirip flu, COVID-19 juga punya gejala lain yaitu pneumonia.
Kumpulan gejala lain yang mencolok pada pasien Covid-19 berpusat pada otak dan sistem saraf pusat.
Beberapa orang dengan Covid-19 dapat kehilangan kesadaran dan yang lainnya mengalami stroke. Banyak yang melaporkan kehilangan indra penciuman mereka.
Masih menjadi pertanyaan apakah dalam beberapa kasus, infeksi menekan refleks batang otak yang merasakan kelaparan oksigen.
Ini merupakan penjelasan lain untuk pengamatan anekdotal bahwa beberapa pasien tidak terengah-engah, meskipun kadar oksigen darahnya sangat rendah.
Baca Juga: CLC & Kang Daniel Ikutan Konser Online 88Rising 'Asia Rising Forever'!
Sebuah penelitian di Jepang, dalam International Journal of Infectious Disease pada 3 April, ada jejak virus corona bru di dalam cairan serebrospinal dari pasien COVID-19 yang mengembangkan meningitis dan ensefalitis.
Tantangan saat ini, beralih dari dugaan menjadi percaya, pada saat tenaga medis fokus pada menyelamatkan nyawa dan bahkan penilaian neurologis seperti menginduksi refleks muntah atau mengangkut pasien untuk pemindaian otak berisiko menyebarkan virus.
Bulan lalu, Sherry Chou, seorang ahli saraf di University of Pittsburgh Medical Center, mulai mengatur konsorsium seluruh dunia yang sekarang mencakup 50 pusat untuk mengambil data neurologis dari perawatan yang sudah diterima pasien.
Baca Juga: #HadapiCorona, Percuma Cuci Tangan Kalau Lakukan 7 Kesalahan Ini!
Tujuan awalnya sederhana yaitu mengidentifikasi prevalensi komplikasi neurologis pada pasien yang dirawat di rumah sakit dan mencatat bagaimana hal tersebut terjadi.
Untuk jangka panjang, Chou dan rekan-rekannya berharap untuk mengumpulkan scan, tes laboratorium, dan data lainnya untuk lebih memahami dampak virus pada sistem saraf, termasuk otak.
Chou berspekulasi tentang rute invasi yang mungkin, yaitu melalui hidung, lalu ke atas dan melalui bohlam penciuman, menjelaskan laporan hilangnya penciuman yang menghubungkan ke otak.
"Itu teori yang terdengar bagus. Kami harus benar-benar membuktikannya," katanya.
Masih butuh penelitian mendalam dan lanjutan untuk mempelajari pola penyebaran dan infeksi yang diakibatkan oleh virus ini.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bagaimana Virus Corona Menyerang Tubuh Penderitanya?"
Penulis | : | None |
Editor | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
KOMENTAR