CewekBanget.ID - Girls, salah satu hal paling utama yang selalu ada dalam ketentuan lamaran pekerjaan adalah curriculum vitae (CV).
CV adalah 'brosur' untuk mempromosikan keahlian dan pencapaian kita agar dapat diterima di suatu instansi.
Untuk itu, tentunya kita enggak boleh asal-asalan membuat CV, dong.
Samuel Ray, praktisi HRD sekaligus penulis buku 'Lagi Probation', memberikan beberapa tips yang bermanfaat banget bagi kita yang masih bingung membuat dengan cara membuat CV yang baik.
Selain menulis buku, Samuel juga sering memberikan tips seputar dunia kerja yang bisa kita simak di media sosial pribadinya, @srl789.
Baca Juga: Biar Cepat Diterima Kerja, Ini Tips Membuat CV dan Wawancara Kerja yang Baik!
Tips Bikin CV
CV diibaratkan sebagai 'brosur' untuk mempromosikan apa saja yang kita miliki agar dapat diterima di suatu perusahaan.
Jadi, kita harus membuat 'brosur' kita itu menarik, mudah dipahami oleh recruiter, sekaligus memuat poin-poin penting yang bisa menunjukkan kelebihan kita kepada recruiter.
Ada beberapa format CV yang bisa kita gunakan untuk melamar pekerjaan, di antaranya CV kreatif dan CV klasik tanpa layout dan desain yang ramai.
Samuel sendiri cenderung lebih menyukai CV dengan template dan layout sederhana, tanpa warna yang terlalu mencolok serta pemilihan font yang mudah dibaca.
Soal itu, menurut HR di salah satu bank swasta di Indonesia ini, kembali lagi pada selera dan preferensi masing-masing recruiter.
Selain itu, sebaiknya segala penjelasan mengenai diri kita dibuat dalam bentuk pointer yang ringkas dan dikemas hingga maksimal 2 halaman saja agar mudah dibaca.
Tunjukkan berbagai pencapaian kita di dalam CV, tapi usahakan agar data yang disajikan jelas terukur dan dapat dipertanggungjawabkan saat wawancara, ya.
Beda CV dan Portofolio
Kalau CV adalah 'brosur' untuk mempromosikan diri dan kemampuan kita, maka portofolio adalah sampel dari hal yang kita promosikan dalam 'brosur', yakni hasil dari keahlian kita.
Memang enggak semua lamaran meminta kita untuk melampirkan portofolio, kecuali memang dibutuhkan seperti dalam industri kreatif.
Nah, tapi kalau kita melampirkan portofolio saat mengirimkan lamaran kerja meski enggak diminta, kira-kira bakal menjadi bahan pertimbangan tambahan enggak, ya?
Samuel sendiri mengaku cenderung lebih memilih kandidat yang mengirimkan lamaran sesuai instruksi dan ketentuan lampiran yang telah dicantumkan sebelumnya.
"Artinya kan, ketika kandidat mengikuti instruksi, dia orangnya perhatian, dia orangnya teliti, dia sudah baca instruksi yang diberikan dan dia ikuti A sampai Z, itu buat aku nilai tambah sih," ungkap Samuel saat dihubungi oleh tim Cewekbanget.id pada Rabu (27/5/2020). "Tapi mungkin ada juga recruiter lain yang suka kreativitas, ada recruiter lain yang suka inisiatif, itu balik lagi ke masing-masing gaya recruiter."
Rupanya melampirkan portofolio atau berkas-berkas lain yang enggak diminta dalam instruksi justru dapat merepotkan recruiter dan belum tentu dapat dijadikan bahan pertimbangan tambahan lho, girls.
"Kalau kamu tanya, 'Apakah bisa jadi nilai tambah?' mungkin bisa untuk beberapa recruiter. Tapi kalau buat aku, justru itu menunjukkan bahwa, 'Oh, ini orang enggak baca job desc, nih'" ujar Samuel.
"Jadi kita pun mesti lihat-lihat, kira-kira recruiter ini lagi job fair atau dia buka lowongan di Jobstreet misalkan, atau di job portal online. Jadi kalau di job portal online dikirimi PDF mungkin enggak masalah kali, ya. Tapi kalau kamu kirimi dia di job fair, jadi tebal, bawaannya jadi banyak bawa pulang."
Baca Juga: Viral Fresh Graduate Bagikan Pengalaman Ditipu Saat Melamar Kerja. Wajib Waspada!
Apa yang Harus Diperhatikan Saat Menyusun CV
Menyusun CV dengan baik juga berarti menuliskan segala pencapaian kita secara bertanggungjawab dan terukur, sebab pertanyaan yang bakal kita terima saat wawancara juga bergantung pada hal-hal yang kita tuliskan dalam CV.
"Jadi memang CV itu penting sebagai brosur untuk menjual, tapi jualannya juga harus bisa dipertanggungjawabkan," ujar Samuel, "Cara paling gampang ya, mastiin semua rekam jejak pekerjaan kamu, kamu bisa buktikan prestasinya dengan angka."
Selain itu, kita juga mesti menyesuaikan format dan konten CV dengan industri tempat kita melamar pekerjaan.
Untuk lamaran kerja di bank, misalnya, yang diutamakan adalah CV dengan poin-poin ringkas dan catatan pencapaian yang bisa diukur dengan angka, mungkin berbeda dengan CV kreatif untuk industri media dan kreatif.
Pesan Samuel, kita mesti lebih berinisiatif dalam mencari tahu kriteria dan gaya perusahaan yang akan kita kirimkan lamaran.
"Namanya cari kerja, kita yang butuh cari kerja, ya kita harus rajin mencaritahu company-nya gayanya kayak gimana, sukanya dengan kandidat yang kayak apa, terus CV yang harus dibikin kayak apa," saran Samuel.
"Dan ingat, CV itu brosur, bukan daftar lengkap riwayat hidup. Tulislah semenarik mungkin supaya recruiter mau memanggil kamu untuk interview," imbuhnya.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR