"Kami berusaha mencari tahu apakah mungkin ada jalan tengah antara normal lama dan normal baru yang memungkinkan penyelenggara memasukkan banyak orang ke venue tanpa membuat 'kerugian'." ujar kepala penyakit menular klinis Martin Luther University, Stefan Moritz kepada The Guardian.
Di situs universitas, tertulis larangan kerumunan orang untuk membatasi penyebaran virus corona sudah menjadi ancaman bagi banyak atlet dan seniman yang bergantung pada audiens mereka untuk mendapatkan penghasilan, menurut Deutsche Welle.
Awal bulan ini, Selandia Baru jadi tuan rumah pertandingan rugby dengan 20.000 peserta, dan bulan lalu Presiden AS Donald Trump mengadakan rapat umum di Tulsa, Oklahoma, dengan sekitar 6.200 peserta.
Namun, seperti dilaporkan The Guardian, mayoritas perhelatan besar telah dibatalkan. Orang yang berniat untuk berpartisipasi dalam Restart-19 harus berusia 18-50 tahun dan mendapat hasil negatif untuk tes virus corona 48 jam sebelum percobaan.
Para peserta nantinya bakal wajib pake masker, dan dijadwalkan menikmati pengalaman tiga konser. Satu konser tanpa social distancing, satu dengan antrean masuk lebih lambat dan fokus pada kebersihan, serta satu konser di mana para peserta duduk berjauhan satu sama lain.
Para ilmuwan berencana mengumpulkan informasi dengan berbagai cara, termasuk partisipan yang mengirimkan data setiap lima detik tentang lokasi mereka di stadion, melalui perangkat pelacakan kontak yang wearable.
Partisipan bakal pake hand sanitizer berpendar, sehingga para ilmuwan dapat melihat melalui sinar UV terkait apa saja yang telah disentuh partisipan, menurut situs Martin Luther University. Selain itu, bakal ada mesin kabut untuk memompa kabut yang ditujukan membantu memvisualisasikan bagaimana virus corona dapat menyebar oleh aerosol.
Situs universitas menyebut, risiko terinfeksi Covid-19 dengan menghadiri konser sangat rendah, tapi nggak menjamin kalo itu bebas risiko.
Baca Juga: Adhisty Zara Posting Video Ngedance 'Best of Me' BTS, Netizen: 'Trainee di Big Hit Aja Kak'
Penulis | : | None |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR