Kata Jehian, pada pertemuan pertama dihadiri ketua Perhimpunan Mahasiswa Rusia (Pemira) Tomsk Rusia, Gokma Sahat Tua Sinaga yang menjadi mediator antara Turah dan JA.
Saat itu, Turah Parthayana telah meminta maaf kepada korban dan menerima beberapa sanksi.
"Pada pertemuan 1, TP TIDAK menyangkal/membantah sama sekali pengakuan JA, dan bersedia untuk menerima sanksi.
Menurut Gokma dan TP, permohonan maaf dan penyesalan juga terjadi pada pertemuan 1," ujar Jehian.
Sanksi tersebut antara lain, Turah dikeluarkan dari struktur kepanitiaan yang sedang ia jalani, serta mengundurkan diri dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI ) di Kota Tomsk.
Turah Parthayana juga diminta berpindah kamar dan dilarang kontak dengan JA.
Selain itu, Turah juga memutuskan untuk sekaligus pindah dari asrama dan tinggal di apartemen.
Terakhir, dikeluarkannya surat pernyataan tentang pelecehan yang dilakukan Turah dan ditandatangani Gokma.
Surat pernyataan itu akhirnya tersebar ke mahasiswa Indonesia di Rusia.
Kemudian, JA meminta Turah Parthayana untuk melakukan klarifikasi kembali dalam pertemuan mahasiswa Indonesia.
Dalam pertemuan kedua itu, Gokma menceritakan kronologi peristiwa pelecehan itu di hadapan Turah Parthayana dan mahasiswa Indonesia lainnya.
Penulis | : | None |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR