Bukan Salah Korban
Dalam menilai sebuah kasus pelecehan dan kekerasan seksual, kita mestinya fokus pada kesalahan pelaku alih-alih faktor yang dianggap sebagai alasan seseorang menjadi korban, misalnya pakaian yang digunakan korban.
"Bukan pakaiannya, tapi pelakunya yang harus kita perhatikan. Karena sepanjang hidupnya, setiap perempuan pernah mengalami pelecehan seksual," kata Wakil Ketua Komnas Perempuan Mariana Amiruddin kepada Kompas.com, Kamis (2/7/2020) seperti dilansir dari Kompas.com.
Survei Pelecehan Seksual di Ruang Publik yang dilaksanakan secara nasional pada akhir tahun 2018 selama 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) juga pernah membahas cara berpakaian korban yang sering dianggap sebagai penyebab terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual.
Baca Juga: Cerita Pengalaman di-Catcall, Cinta Laura: Stand Up for Yourself!
Nah, menurut hasil survei, mayoritas korban pelecehan justru memakai celana atau rok panjang (18%), hijab (17%), dan baju lengan panjang (16%) saat mengalami pelecehan seksual alih-alih mengenakan baju terbuka.
Bahkan, perempuan yang mengenakan pakaian tertutup, longgar, hingga bercadar juga enggak luput dari pelecehan, malah di siang hari.
Jadi tudingan kalau pelecehan seksual terjadi kalau korban menggunakan pakaian mini dan terbuka itu enggak benar, kan?
Stem Cell, Terobosan Baru Sebagai Solusi Perawatan Ortopedi Hingga Cedera Olahraga
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR