Rambut kemaluan berfungsi sebagai pelindung dengan menjebak patogen yang bisa masuk ke tubuh.
Oleh karena itu, menghilangkan rambut kemaluan dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi umum, seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), vaginitis dan infeksi jamur.
Pencabutan rambut kemaluan juga dapat mengiritasi kulit, yang pada akhirnya dapat menyebabkan infeksi kulit, seperti selulitis dan folikulitis.
Dalam kasus lain, cedera terkait perawatan rambut kemaluan juga bisa menyebabkan luka yang memicu infeksi.
Bisul
Dalam kasus yang jarang terjadi, pencabutan rambut kemaluan dapat menyebabkan timbulnya bisul di area intim.
Bisul bisa timbul akibat iritasi dan infeksi kulit, seperti selulitis dan folikulitis.
Umumnya, bisul dimulai dari munculnya benjolan merah tepat di bawah permukaan kulit, yang mungkin berisi nanah, namun enggak sedalam abses.
Abses
Abses adalah infeksi yang dalam, berada di bawah kulit, serta menyebabkan nyeri, bengkak dan kemerahan.
Sama seperti bisul, abses cenderung berkembang dari iritasi yang disebabkan oleh metode penghilangan rambut tertentu.
Abses biasanya dipicu aktivitas mencukur atau waxing.
Infeksi Menular Seksual
Perawatan rambut kemaluan juga berkaitan dengan peningkatan risiko Infeksi Menular Seksual (IMS).
Dalam sebuah studi tahun 2017, orang-orang yang melaporkan merawat rambut kemaluan juga lebih mungkin melaporkan pernah mengalami IMS di beberapa momen dalam hidup mereka, dibandingkan mereka yang enggak melakukannya.
Beberapa kasus IMS yang berkaitan dengan perawatan rambut kemaluan di antaranya klamidia, herpes, HIV, human papillomavirus (HPV), moluskum kontagiosum, dan sipilis.
(*)
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR