Peningkatan Risiko Korban Bencana Alam
Krisis iklim juga membuat ancaman bencana alam semakin nyata dan sering terjadi, bahkan di lokasi yang awalnya diketahui aman dan jarang terdampak bencana serius.
Nah, saat bencana alam terjadi, perempuan dan anak-anak biasanya lebih terancam dan sangat tinggi risikonya menjadi korban.
Kerentanan perempuan terhadap bencana alam kerap disebabkan oleh ketimpangan informasi, mobilitas, pengambilan keputusan, serta akses terhadap sumber daya dan pelatihan mitigasi bencana.
Belum lagi ketika perempuan bertahan dari bencana alam, akses terhadap pendampingan psikologis mereka masih sulit didapatkan.
Ini membuat perempuan lebih mungkin mengalami trauma dan pemulihannya cenderung lebih lambat.
Kondisi Kesehatan Memburuk
Perubahan iklim juga berdampak langsung terhadap kondisi kesehatan manusia, utamanya perempuan.
Ketika penyakit lebih cenderung terjadi akibat krisis iklim, bencana alam yang disebabkan hal serupa juga membuat akses terhadap fasilitas dan layanan kesehatan kian terbatas.
Keterbatasan ini lebih mungkin dirasakan perempuan, ditambah lagi ada risiko terkait kesehatan ibu dan anak.
Salah satu situasi yang harus diketahui, penelitian menunjukkan bahwa gelombang panas ekstrem meningkatkan angka 'lahir mati' alias kematian janin.
Selain itu, memburuknya kondisi iklim juga meningkatkan penyebaran penyakit seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), dan virus Zika, yang fatal akibatnya apabila terlambat ditangani.
Makanya, kita harus lebih aware sejak dini terhadap dampak buruk krisis iklim yang sedang terjadi, khususnya terhadap kita sebagai perempuan ya, girls.
Baca Juga: #HadapiCorona, Iklim Tropis Bisa Bunuh Corona? Ini Kata Jokowi!
(*)
Source | : | UN Women |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR