CewekBanget.ID - Bukan kiasan belaka, ternyata yang namanya info penyakit broken heart syndrome alias sindrom patah hati itu beneran ada, lho!
Salah satu hal yang perlu kita ketahui tentang info penyakit broken heart syndrome atau stress cardiomyopathy adalah bahwa sindrom ini memiliki gejala yang mirip dengan gejala serangan jantung.
Selain itu, info penyakit broken heart syndrome lainnya adalah sindrom ini terjadi ketika seseorang mengalami stres akut mendadak yang dapat melemahkan otot jantung dengan cepat.
Secara ilmiah, mungkin penjelasan mengenai broken heart syndrome enggak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasi kita tentang istilah 'patah hati'.
Tapi sindrom patah hati ini sedikit-banyak memang dapat dipengaruhi oleh stres emosional, dan kita tahu kalau 'patah hati' dapat sangat membebani emosi kita.
Simak penjelasan mengenai broken heart syndrome yang bisa jadi mematikan apabila enggak segera ditangani berikut ini.
Broken Heart Syndrome
Broken heart syndrome alias sindrom patah hati adalah kondisi yang menyebabkan kerja otot jantung jadi melemah secara drastis, menurut John Hopkins Medicine.
Kondisi ini juga dikenal dengan istilah stress cardiomyopathy.
Fyi, gejala broken heart syndrome disebut hampir mirip dengan gejala serangan jantung.
Meski demikian, kita enggak perlu terlalu cemas karena sindrom patah hati adalah kondisi yang berlangsung sementara dan bisa disembuhkan, selama enggak dibiarkan terlalu lama.
Baca Juga: 4 Cara yang Bisa Kita Lakukan Saat Patah Hati. Cepat Move On!
Penyebab
Jadi, apa yang menyebabkan broken heart syndrome?
Sindrom patah hati bisa terjadi akibat dua jenis stres, yakni emosional dan fisik.
Kebanyakan orang dengan sindrom ini pernah mengalami kejadian yang bikin stres mendalam, dan mungkin kita pahami dengan istilah 'patah hati'.
Tapi faktanya, sekitar 30% pasien sindrom patah hati justru enggak mengetahui faktor pemicu stres mereka pada waktu ketika gejala mulai terjadi.
Stressor emosional yang dimaksud bisa berupa perasaan duka, ketakutan, kemarahan ekstrem, dan kejutan; sedangkan stressor fisik kerap berupa demam tinggi, stroke, kejang, kesulitan bernapas, pendarahan, hingga gula darah rendah.
Gejala
Sindrom patah hati cenderung menyerang bilik jantung sebelah kiri, sehingga napas kita terasa nyeri dan tersengal-sengal.
Secara umum, broken heart syndrome ditandai dengan rasa nyeri di area dada dan kesulitan bernapas.
Selain itu, kita juga rentan mengalami keringat berlebihan hingga pusing.
Biasanya gejala ini muncul beberapa menit hingga berjam-jam setelah kita mengalami kejadian yang bikin stres secara emosional maupun fisik.
Baca Juga: Jangan Diceramahin, Lakukan Ini Saat Sahabat Baru Putus Cinta!
Proses Terjadi Sindrom
Sindrom patah hati terjadi ketika stres melemahkan otot jantung.
Hal ini lantaran saat mengalami kejadian yang menyebabkan stres, tubuh memproduksi hormon dan protein seperti adrenalin dan noradrenalin yang mestinya bisa membantu kita mengatasi stres.
Nah, ketika produksi adrenalin terjadi secara berlebihan dan mendadak sebagai respon atas stres, otot jantung bisa jadi kewalahan dan membuat saluran arteri menyempit.
Ini membuat pengangkutan darah ke area jantung terhambat dan aliran darah menuju jantung pun berkurang.
Atau, adrenalin bisa jadi langsung menyerang sel-sel jantung secara langsung, sehingga kadar kalsium yang tinggi memasuki sel-sel jantung.
Kadar kalsium yang tinggi ini menghambat jantung dan sel-selnya untuk berdenyut seperti seharusnya.
Tapi efek adrenalin terhadap jantung selama broken heart syndrome diketahui bersifat temporer dan bisa dicegah.
Jantung yang terkena sindrom ini juga biasanya dapat pulih setelah berhari-hari atau berminggu-minggu.
Bahaya Broken Heart Syndrome
Fakta bahwa broken heart syndrome adalah kondisi sementara enggak lantas menghilangkan risiko bahayanya lho, girls.
Seberapa bahaya sih, broken heart syndrome itu?
Kita harus tahu, sebetulnya broken heart syndrome yang terabaikan bisa sampai mengancam nyawa.
Melemahnya otot jantung akibat sindrom ini dapat berujung pada gagal jantung, tekanan darah rendah, syok, hingga detak jantung enggak normal yang berbahaya bagi nyawa seseorang.
Risiko broken heart syndrome lebih tinggi pada perempuan berusia lanjut atau yang sudah mengalami menopause, meski orang muda dan semua orang pada umumnya juga bisa mengalami sindrom ini.
Namun sekali lagi, jika kita segera berkonsultasi ke dokter dan menangani gejala sindrom patah hati, kita bisa agak lebih lega dan enggak perlu terlalu memikirkan berbagai bahaya akibat sindrom ini.
Baca Juga: Info Drama Korea Lee Jae Wook, Patah Hati di Alchemy of Souls 2!
(*)
Source | : | Cleveland Clinic,John Hopkins Medicine |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR