CewekBanget.ID - Beberapa waktu lalu, nama Maria Aprilia Jochu atau Maria Jochu ramai jadi perbincangan ya, girls.
Maria Jochu berasal dari Papua yang menjadi penerima beasisa LPDP dan mengabdikan dirinya untuk tanah kelahirannya.
Nah, nama Maria Jochu ini ramai jadi perbincangan karena dirinya yang menolak tawaran dari banyak perusahaan karena memilih untuk menjadi Lurah di Gurabesi, di pesisir Jayapura bagian Utara.
Untuk LPDP, Maria Jochu adalah lulusan S2 Human Resources Management and Services dari Marshall University.
Ada jalan panjang yang harus dilewati Maria Jochu untuk bisa mendapatkan pendidikan sesuai dengan yang ia pengini ini.
Termasuk harus menghadapi permasalahan biaya karena keterbatasan ekonomi keluarganya.
Maria Jochu mencari tempat sekolah yang enggak memberatkan orang tuanya
"Bapak saya kan cuma pegawai negeri, mama ibu rumah tangga, secara ekonomi tidak bisa membiayai saya," ungkap Maria seperti dilansir dari Media Keuangan milik Kementerian Keuangan.
Ditambah lagi dengan Maria adalah anak bungsu dari 8 bersaudara.
Ia kemudian mendaftar ke Institut Pendidikan Dalam Negeri atau IPDN karena menurutnya biaya sekolah akan dibiyai oleh negara dan enggak akan memusingkan biaya lanjutan.
Baca Juga: Info Sekolah Permendikbud No 46 Tahun 2023 Bantu Cegah Kekerasan di Lingkungan Sekolah
Mencari info tentang S2 dan mendapat tentangan dari keluarga
Setelah menyelesaikan pendidikannya di IPDN, ia langsung bekerja di pemerintahan yang membuatnya makin penasaran dengan pendidikan.
Dengan modal nekat karena masih bekerja dalam waktu yang relatif singkat, Maria mengambil kredit pegawai untuk bisa melanjutkan pendidikan meraih gelar master.
Di momen ini, ia mendapatkan tentangan dari keluarganya saat akan berkuliah lagi.
"Jadi, baru jadi pegawai sudah nakal (ambil) kredit pegawai untuk lanjut S2. Terus keluarga kan bilang, kenapa kamu mau S2? Kita aja keluarga tidak mampu, jangan gaya-gaya deh," ucapnya.
Maria mengungkapkan kalau bagi keluarganya, bisa sekolah, bekerja, lalu mendapatkan gaji udah cukup untuk mereka dapatkan.
Namun ia berkaca pada lingkungan teman-temannya yang masih pengin melanjutkan sekolahnya, lalu kenapa dirinya enggak? Lalu itu yang membuat dirinya nekat untuk mengambi kredit pegawai untuk berkuliah.
Mulai ikutan tes penerimaan beasiswa LPDP
Maria kemudian mendapatkan informasi tentang kursus bahasa Inggris yang bisa diikuti oleh pegawai dan langsung mendaftarkan diri.
"Jadi kursusnya itu saya tidak tahu TOEFL itu apa, IELTS itu apa. Jadi pada saat 2015 di bulan Februari, pergi, sudah ikut saja. Kemudian dikasih tahu TOEFL.
TOEFL itu paling bodoh sekali saya. Jadi nomor 45, murid terakhir dalam kelas itu saya yang lulus karena placement test itu pakai TOEFL tapi Puji Tuhan saya nomor terakhir, yang paling terakhir lolos," ucapnya.
Baca Juga: Ghea Indrawari Panik Sidang Skripsi Mendadak Persiapan Mepet
Informasi tentang LPDP didapat Maria di tahun yang sama dan selama 3 bulan ia mendalami bahasa Inggris.
"Saya berjuang, ke kantor juga membawa buku bahasa Inggris. Jadi saya kerja, bahasa Inggris, kerja lagi. Sampai kemudian kita tes bahasa Inggris, terus lolos," kata Maria.
Lolos hingga tahap wawancara, Maria dengan mantap mengungkapkan kepenginannya buat bisa kuliah di luar negeri dan akhirnya bisa mengenyam pendirikan master di Program Human Resources di Marshall University, Amerika.
Maria memilih untuk mengabdi di Papua
Dari gelar yang ia peroleh, sebenarnya banyak perusahaan dari dalam atau luar negeri yang pengin merekrutnya.
Tapi, ia memilih untuk kembali ke Papua dengan alasan banyak hal yang harus dibenahi di sana.
"Jadi pertama orangtua yang bikin pulang, kemudian ya Papua.
Papua saat ini tidak baik-baik saja, jadi memang harus sekolah, dan memang harus kembali mengabdi.
Kalau saya tidak menyaksikan dan merasakan langsung perkembangan dan perubahan apa yang terjadi di Papua, saya tidak bisa bantu untuk merubahnya.
Jadi betul-betul harus merasakan setiap hal detail yang terjadi," imbuhnya.
Baca Juga: Rincian UKT dan Biaya Pendidikan Guru di Berbagai Fakultas UNY
(*)
Penulis | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
Editor | : | Septi Nugrahaini Rahmawati |
KOMENTAR