Untuk kalian yang pernah menjadi anak-anak, jangan cuma nonton dan baca komik Doraemon aja, tapi cobain deh, masuk ke "Museum Doraemon" di Jakarta. Selain untuk bernostalgia dengan Novita, Shizuka, Takeshi (Giant) dan Suneo, kita juga bisa sambil melihat-lihat wujud dari alat-alat canggih yang sempat dikeluarkan Doraemon dari kantong ajaibnya itu.
(Baca juga: Main Ke Museum Doraemon di Jakarta Bagian 1)
Menjajal mesin waktu
Nah, masuk lebih dalam lagi, di pameran yang berlangsung samapi 25 Maret 2015 itu, ada sebuah alat canggih yang ikonik banget kalau kita rajin menonton filmnya. Alat itu adalah Kendaraan Mesin Waktu Doraemon. Yap, masuk ke ruangan ini kita bakal melihat tampilan yang mirip sama suasana alam semesta yang lengkap dengan bintang-bintang dan lorong waktu ala film Interstellar.
Dari alat mesin waktu itu, kita jadi tahu kalau Sewashi menerbangkan Doraemon ke abad 20 untuk menemui kakeknya Nobita untuk membantu memperbaiki kehidupan Nobita agar lebih baik di masa depan.
Kamar nobita dan pintu ajaib
Dari semua itu, yang seru juga adalah mampir ke kamar Nobita. Ajaibnya, diorama ini didesain seukuran kita, sehingga kalau mau berfoto bersama Nobita, ukurannya jadi nggak terlalu berbeda. Bahkan, masing-masing diorama bisa melibatkan pengunjung jadi lebih dekat dengan sketsa yang dibuat. Misalnya kita bisa mucul dari laci meja belahar novita dan berdoto di sana.
Paling laris juga adalah melewati Pintu ajaib yang khas berwarna pink itu. Banyak lho pengunjung yang mengabadikan gambar disana. Dan selain itu, Baling-Baling Bambu paling banyak diminati untuk dijajal dan pura-pura terbang. Nggak sedikit lho pengunjung yang selfie pakai Baling-Baling fenomenal tersebut.
Lainnya, masih ada ruangan yang menggambarkan situasi pernikahan antara Nobita dan Shizuka. Kisah diorama ini merupakan cuplikan dari film Doraemon yang berjudul 'Nobita's the Night Before A Wedding '. Kalian bisa jadi saksi nikahnya di sana. Hehehe
(Baca juga: Fakta-Fakta Seru Tentang Doraemon)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR