Untuk pertama kalinya berhasil diteliti melalui observasi perilaku hiu paus di Indonesia berhasil dilakukan.
Hiu paus menjadi salah satu spesies paling misterius di muka Bumi. Hewan ini dikenal sebagai ikan terbesar, dengan panjang mencapai 12 - 18 meter dan berat hingga 20 ton. Namun, kehidupan, perilaku, dan habitatnya hingga kini masih menjadi teka-teki.
Untuk pertama kalinya, penelitian perilaku hiu paus di Indonesia berhasil dilakukan. WWF Indonesia dan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) meneliti perilaku gerak hiu paus di wilayah TNC.
Sejak tahun 2011, sebanyak 14 individu hiu paus diobervasi dengan bantuan penanda satelit. Sementara, sebanyak 80 individu diobservasi melalui identifikasi foto dan pemasangan Radio Frequency Identification (RFID).
Brent Stewart dari Hubb Seaworld Research Institute dan Cassandra Tania, Species Monitoring Officer dari WWF-Indonesia, mengungkap hasil riset dalam Lokakarya Hasil Studi Pemantauan Hiu Paus di TNTC yang digelar pada Kamis (27/3) di Jakarta.
Senang berenang jauh
Menguraikan hasil penelitian, Brent mengatakan, "hiu paus adalah spesies yang sangat mobile. Dia juga perenang dalam. Sangat jarang berada di permukaan. paling sering berada di kedalaman 100 - 200 meter."
Hiu paus yang diobservasi kebanyakan berjenis kelamin jantan dan masih bayi (juvenile). Bukan lantaran dibatasi, tetapi karena memang hiu paus yang mudah dijumpai adalah yang jantan dan masih bayi.
Brent mengatakan, meskipun lebih sedikit dijumpai, betina hiu paus yang diobservasi ternyata berpindah lebih jauh dari jantan. "Dalam 4 bulan, betina hiu paus sudah menempuh jarak 5.000 mil (sekitar 9.000 km)."
Hiu paus di Teluk Cendrawasih
Hiu paus di Teluk Cendrawasih, berdasarkan penelitian, tidak hanya bergerak di dalam wilayah taman nasional saja tetrapi juga melintasi batas negara. "Hiu paus wilayah ini bergerak hingga Filipina dan kembali lagi ke Teluk Cendrawasih," kata Brent.
Dalam banyak literatur, hiu paus dianggap sebagai spesies yang bisa bermigrasi dalam jarak yang cukup jauh. Riset kali ini, menurut Brent, membuktikan bahwa pandangan tersebut kurang tepat.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR