Setiap 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS sedunia. Salah satu cara menunjukkan rasa solidaritas adalah dengan menyematkan pita merah di dada. Pita merah bukanlah sembarang pita atau hiasan saja.
Bagaimana pita merah muncul?
Pada 1991, sekumpulan seniman yang peduli HIV/AIDS dan tergabung dalam Visual Aids menciptakan pita merah atau red ribbon. Ide ini muncul setelah mereka melihat aksi para tentara AS yang menyematkan pita kuning sebagai bentuk penghormatan terhadap teman-teman yang gugur di Perang Teluk. Setelah itu, Visual Aids pun memutuskan buat melakukan hal yang sama tapi dengan warna yang berbeda.
Mengapa warna merah?
Merah dipilih karena mewakili warna darah tempat virus HIV berkembang. Selain itu, warna merah juga merupakan simbol gairah dan semangat. Makanya, warna ini dipilih agar bisa memberikan semangat juang hidup kepada para penderita.
Kapan mulai jadi simbol dunia?
Pita merah mulai diketahui banyak orang sejak 1991 tepatnya saat ajang penghargaan Tony Awards digelar. Visual Aids bekerja sama dengan panitia acara membuat tiga ribu pita merah dan dibagikan di lokasi penghargaan. Saat acara berlangsung, aktor Jeremy Irons tampil di layar kaca dengan memakai pita itu di dadanya.
Simbol ini semakin terkenal setelah konser tribute untuk Freddie Mercury digelar pada 1992 di London, Inggris. Freddie Mercury adalah vokalis legendaris band Queen yang meninggal akibat AIDS pada 1991. Di konser penghormatan itu, ada sekitar 100 ribu pita merah yang dibagikan ke penonton. Sejak saat itu, pita merah berlanjut menjadi simbol solidaritas terhadap penderita HIV/AIDS.
Bagaimana bentuknya?
Bentuk pita merah adalah huruf 'V' terbalik. Tetapi, bentuk pita merah masa kini sedikit berbeda dengan bentuk aslinya. Pita merah yang pertama kali dibuat pada 1991 berbentuk 'V' terbalik tanpa ada lubang di tengahnya. Tapi sejak diperkenalkan di acara Tony Awards, pita merah dibuat dalam bentuk 'V' terbalik dengan lubang kecil di tengahnya, seperti yang kita jumpai saat ini.
Penulis | : | cewekbanget |
Editor | : | CewekBanget |
KOMENTAR