Novel bukan cuma bisa jadi bacaan di saat senggang. Dengan bibliotherapy, novel bisa jadi alat terapi untuk membantu menyelesaikan masalah kita.
Umumnya, penulis mengangkat masalah yang sering terjadi di kehidupan nyata sebagai premis bukunya. Jadi, enggak heran jika kita sering berpikir, 'ya ampun, buku ini gue banget' ketika membaca suatu buku.
Hal pertama yang dilakukan dalam terapi ini yaitu mengidentifikasi masalah. Lalu, memilih buku yang tepat, misalnya mengunjungi blog buku seperti Goodreads.com dan membaca blurb (deskripsi singkat) beberapa buku hingga akhirnya menemukan buku yang pas dengan masalah kita. Setelah itu, kita tinggal membacanya, deh. Jangan lupa tandai bagian penting yang bisa ditiru.
1. Adaptasi di tempat baru
Rekomendasi: Anna and The French Kiss oleh Stephanie Perkins
Seringkali kita merasa cemas ketika harus pindah sekolah dan tinggal di tempat baru. Soalnya kita terpaksa keluar dari zona nyaman yang selama ini ditempati. Dalam buku ini, tokoh utama yang bernama Anna dihinggapi ketakutan yang sama ketika pindah SMA ke Paris dari Amerika Serikat. Akhirnya, Anna mengatasi ketakutan ini dengan melakukan apa yang dia suka, yaitu menonton film. Meski awalnya menolak ajakan Etienne, teman barunya, untuk jalan-jalan karena takut, akhirnya Anna memberanikan diri mengunjungi bioskop-bioskop yang ada di Paris.
Kita bisa meniru sikap Anna untuk mengurangi kecemasan ini. Seperti mencaritahu lokasi apa saja yang cocok dengan hobi kita. Dan, perlahan-lahan kita bisa mulai menyukai tempat baru ini. Kita juga bisa menerima kehadiran teman baru meski awalnya enggak merasa cocok. Soalnya, mereka bisa membantu kita dalam proses adaptasi ini, girls.
2. Handling bullying
Rekomendasi: Unfriend You oleh Dyah Rinni
Bullying sering ditemui di sekolah. Dan, tindakan ini enggak hanya antara pelaku dan korban, tapi ada penonton alias mereka yang melihat aksi tersebut tapi seringkali enggak melakukan tindakan apa-apa. Jumlah penonton ini umumnya banyak banget dan sebenarnya mereka berpotensi besar menghentikan bullying. Sayangnya, mereka cenderung diam karena takut.
Seperti Katrissa, tokoh utama di buku ini, awalnya enggak berani melakukan apa-apa. Di kehidupan nyata, seringnya kita bersikap seperti Katrissa. Ketakutan untuk menjadi korban bullying selanjutnya membuat Katrissa memilih diam. Tapi, lama-lama Katrissa merasa enggak nyaman. Dengan bantuan temannya, Katrissa akhirnya membantu korban bullying dan akibatnya dia menjadi korban selanjutnya. Tapi Katrissa yakin dengan tindakannya. Kita bisa meniru keberanian Katrissa, girls. Dan, kita juga bisa mengajak teman-teman lain untuk ikut menghentikan bullying ini dan enggak lagi bersikap seperti penonton pasif.
3. Menjadi diri sendiri
Tren Skincare 2025, Ini Pilihan Serum yang Bikin Kulit Kamu Kencang dan Glowing
Penulis | : | cewekbanget |
Editor | : | CewekBanget |
KOMENTAR