Ada lho, orang-orang yang mau temenan sama kita karena melihat kekayaan materi, gaya hidup, atau hal-hal lain yang nantinya bisa dimanfaatkan sama dia.
Contoh, seseorang temenan sama kita karena Ayah kita bekerja di agensi model dan dia ngedeketin kita supaya bisa dapet akses masuk ke agensi tersebut.
Kalau sudah begitu, itu artinya mereka sebenarnya hanya ingin memanfaatkan kita aja.
Coba deh, tanya kediri sendiri apakah sahabat hanya mengontak kita di saat mereka butuh?
Atau apakah mereka rutin berkomunikasi sama kita dan melibatkan kita dalam rencana-rencana mereka? Ini bisa jadi pertimbangan penting untuk menilai seberapa tulus mereka ke kita.
4. Apakah mereka sering membuat kita lebih bersemangat… atau malah sebaliknya?
Sahabat yang baik adalah mereka yang mendukung kita di saat kita terpuruk, bukannya melarang atau mengatakan sesuatu yang enggak-enggak karena kebodohan kita sendiri.
Sahabat yang baik juga enggak akan menyebarkan aura negatif, komplain soal ini dan itu, apalagi menyerang sahabatnya sendiri.
Lebih baik kita enggak berurusan dengan mereka yang selalu membuat tenaga kita terkuras, daripada nantinya kita jadi sakit hati sendiri.
5. Apakah mereka membuat diri kita merasa lebih baik... atau sebaliknya?
Interaksi yang kita lakukan dengan orang lain sangat berpengaruh terhadap kepribadian kita.
Kalau kita sering bergaul dengan teman-teman yang suka melakukan kegiatan sosial atau aktif di sekolah, bisa jadi kita ikut termotivasi untuk melakukan hal positif yang sama.
Sebaliknya, kalau kita berada dalam geng yang mana sahabat-sahabat kita adalah mereka yang ngomongnya ngawur, sering pulang malam, atau suka bolos sekolah, tentu aja hal itu akan berdampak negatif terhadap kita.
Makanya, kita harus pintar-pintar memilih orang yang memang cocok dijadikan sahabat.
Penulis | : | Sintia Astarina |
Editor | : | Sintia Astarina |
KOMENTAR