Enggak bisa dipungkiri kalau minat baca di Indonesia memang masih rendah.
Menurut hasil penelitian Most Littered Nation in the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat ke-62 dari 65 negara soal minat membaca.
Hasil yang enggak jauh beda juga bisa dilihat di hasil survey UNESCO tahun 2015 lalu, yang menunjukkan kalau minat baca masyarakat Indonesia baru 0,0001% atau dari 1000 orang, hanya satu orang yang suka membaca.
Fakta yang sama juga ditunjukkan oleh kajian Pepustakaan Nasional pada tahun 2015, tentang minat baca masyarakat Indonesia yang hanya mencapai angka 25,1% atau termasuk kategori rendah.
Menurut Najwa Shihab, Duta Baca Indonesia, di acara #AkuBaca, Gerakan Literasi untuk Nusantara yang diadakan oleh Kompas Gramedia, ada dua faktor yang menyebabkan kenapa minat baca ini sangat rendah.
Pertama, jumlah masyarakat Indonesia yang banyak dan wilayah yang luas dengan infrastruktur yang belum begitu memadai.
Sehingga, distribusi buku enggak bisa terjadi secara merata.
Beruntung ada banyak banget relawan yang cinta membaca dan mengusahakan agar teman-teman kita di daerah di luar pulau Jawa bisa mendapatkan akses bacaan.
Salah satunya di provinsi Nusa Tenggara Timur. Cewekbanget.id bertemu dengan Maria Agnesty, salah seorang anggota komunitas Buku Bagi NTT.
Bersama komunitasnya ini, Nesty dan teman-temannya berusaha membantu anak-anak dan remaja di daerah asalnya untuk bisa membaca.
Berikut cerita cewek asal Maumere yang rutin mengirim buku untuk meningkatkan minat baca masyarakat NTT. Keren!
(Lihat di sini cerita cewek yang mendirikan taman bacaan dengan modal sendiri)
Rutin Mengirim Buku Tiap Bulan
Nesty yang saat ini menempuh pendidikan di STMT Trisakti berasal dari Maumere.
Di Jakarta, dia bergabung dengan komunitas Buku Bagi NTT yang selalu rutin mengirim buku ke kampung halamannya, Nusa Tenggara Timur.
“Di timur kan masih banyak yang belum bisa baca dan mengerti Bahasa Indonesia. Bahkan sudah SMP masih belum fasih berbahasa Indonesia.
Jadi setiap bulan, kami mengirim buku ke sana. Pokoknya setiap bulan selalu ngirim.
Kami biasa mengirim sampai satu – dua kardus, isinya macam-macam. Ada novel, buku pelajaran, kamus, majalah bergambar soalnya mereka suka yang ada gambarnya.
Kami mengirim buku untuk anak SD sampai SMA.
Juga ada majalah atau buku umum yang kadang dibaca sama orangtua, misalnya buku soal bercocok tanam.
Buku-buku ini kami dapat dari banyak pihak, misalnya dari penerbit seperti Gramedia dan Kompas, dari sekolah-sekolah. Kadang buku kami pribadi.
Di NTT ada banyak Taman Baca, dan kami mengirim buku ke relawan Taman Baca ini.”
Baca Sambil Main
“Waktu liburan kita sempat pulang dan datang ke Taman Baca di sana. Mereka banyak yang minta buat dikirimin buku.
Apalagi anak-anak SD. Pokoknya buku apa aja, yang penting kami bisa baca, itu kata mereka.
Buku Bahasa Inggris juga suka dibaca tapi harus ada gambarnya, biar mereka lebih cepat paham.
Sebenarnya di sana ada perpustakaan tapi mereka jarang ke perpustakaan.
Anak-anak di sana lebih suka membaca kalau lagi bareng-bareng, misalnya waktu lagi main, baca di bawah pohon.
Contohnya ada di Sumba. Di sana ada Gerobak Baca. Jadi setiap hari gerobak itu keliling kampung membawa buku. Jadi anak-anak yang lagi main bisa melihat dan ikutan baca.”
Sudah Makin Suka Baca
“Dibanding waktu aku dulu masih tinggal di Maumere dan sekarang, perubahannya sangat besar.
Anak-anak itu dulunya enggak bisa baca, karena di sana banyak yang pakai bahasa Ibu, bukan Bahasa Indonesia.
Dengan kami setiap bulan mengirim buku, mereka jadi semakin giat belajar dan belajar Bahasa Indonesia.
Mereka senang menerima buku, dan kalau melihat mereka senang, kita juga senang.”
Saling Kerjasama
“Buku Bagi NTT sendiri enggak cuma ada di Jakarta. Ada juga Buku Bagi NTT di Yogyakarta.
Selain itu, ada komunitas dari daerah di NTT. Contohnya Maumere Cinta Baca, itu perhimpunan mahasiswa Maumere di Jakarta.
Juga ada Gerobak Baca di Sumba dan untuk Bima juga. Jadi, di setiap daerah ada koordinatornya.
Di timur itu enggak kayak di Jakarta, anak-anak sudah dapat banyak informasi. Sementara di sana enggak. Jadi kita mengajak anak-anak itu untuk baca. Setidaknya mereka bisa baca.
Di sana ada toko buku, tapi kebanyakan anak-anak itu suka membaca di taman membaca kecil-kecilan, jadi bisa baca sambil main.
Harapanku agar adik-adik semuanya bisa baca dan lebih pintar lagi. Jadi kalau ada yang enggak dimengerti, mereka bisa mencari tahu jawabannya dengan baca. Pengetahuan mereka bisa bertambah dengan membaca.”
Nah, untuk kita yang pengin menyumbang buku juga bisa, lho. Untuk infonya, bisa dicek di akun Instagram @bukubagi_ntt.
Data Diri
Nama lengkap: Maria Agnesty
Lahir: 19 Januari 1996
Kuliah: Jurusan Logistik STMT Trisakti
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR