Ketika sedang menstruasi, rasanya jadi malas untuk beraktivitas karena ada rasa enggak nyaman saat sedang ‘datang bulan’.
Tapi, jangan sampai rasa malas ini membuat kita juga ikut-ikutan malas untuk mengganti pembalut, ya!
Berbagai alasan kita gunakan agar enggak usah terlalu sering mengganti pembalut saat sedang menstruasi.
Padahal, jarang mengganti pembalut itu dapat berakibat buruk terutama pada daerah vagina kita.
Dari hasil survei cewekbanget.id, ini dia 5 alasan kenapa cewek jarang ganti pembalut.
(Baca juga: Waspada Toxic Shock Syndrome Akibat Malas Ganti Pembalut Saat Menstruasi)
Ribet
Salah satu alasan yang biasa kita pakai adalah karena ribet mengganti pembalut terutama ketika sedang berada di luar rumah.
Ribetnya mengganti pembalut umumnya sering kita rasakan ketika kita sedang berada jauh dari rumah, misalnya saat sedang di sekolah atau kampus seperti yang dirasakan oleh Hanna (19, Tangerang).
Hanna mengaku kalau masih banyak toilet yang kurang bersih dan enggak punya fasilitas memadai untuk membersihkan vagina kalau enggak mengganti di rumah.
Enggak nyaman menggantinya, terutama di luar rumah
Ketika kita sedang berada di sekolah atau tempat-tempat yang punya toilet yang kurang bersih atau sanitasi yang buruk, pastinya kita bakal makin enggan karena enggak nyaman untuk mengganti pembalut di luar rumah.
Godeliva (17, Bandung) punya pengalaman enggak nyamannya mengganti pembalut ketika berada di luar rumah.
Meskipun punya rasa khawatir kalau pembalut bocor saat melakukan aktivitas saat menstruasi, Godeliva mengaku enggak nyaman menganti pembalut terutama di toilet umum.
“Harus cari toilet yang bersih. Kadang ada toilet umum yang enggak punya tempat sampah atau tempat sampahnya kotor banget dan ada bekas pembalut yang enggak dibungkus. Selain itu kalau misalnya lagi dalam keadaan ramai, rasanya jadi terburu-buru saat mengganti pembalut sehingga enggak nyaman.”
(Baca juga: Bahaya Yang Harus Kita Tahu Kalau Malas Ganti Pembalut Saat Menstruasi)
Harganya mahal
Lama hari menstruasi memang berbeda pada setiap cewek, ada yang sekitar 3-7 hari, namun ada juga yang sampai 10 hari.
Apabila kita wajib mengganti pembalut setiap 4 jam sekali, artinya kita membutuhkan lebih dari 12 pembalut selama mengalami menstruasi.
Harga pembalut yang mahal juga menjadi salah satu alasan jarang mengganti pembalut.
Namun akan lebih baik untuk mengeluarkan biaya daripada nantinya harus membayar mahal saat merasakan akibatnya.
Sering lupa bawa pembalut pengganti
Ada baiknya untuk selalu membawa pembalut di dalam tas kita.
Selain untuk mengganti pembalut ketika darah menstruasi lagi banyak-banyaknya, membawa pembalut ekstra juga dapat digunakan untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba kita mengalami menstruasi di luar rumah.
Sering lupa membawa pembalut pengganti dialami oleh Cilla (20, Tangerang Selatan).
Cilla memang sering membawa pembalut ganti di dalam tasnya, namun ia sering lupa kalau ternyata pembalut yang ia bawa sudah pernah dipakainya dan Cilla enggak membawa pembalut lainnya lagi.
Adanya kepercayaan kalau kita harus mencuci pembalut, jadi enggak ganti karena ribet mencucinya
Beberapa mitos sering dikaitkan tentang mencuci pembalut, mulai dari nanti kalau tidak dibersihkan, darah bekas menstruasi kita bisa digunakan untuk hal-hal yang enggak diinginkan atau bisa didatangi oleh hantu.
Kepercayaan seperti ini masih erat di masyarakat Indonesia.
Mencuci pembalut memang perlu dilakukan apabila alasannya adalah untuk kebersihan.
Selain itu ada juga yang mencuci pembalut dikarenakan oleh aturan agama.
Dari Menstruasi.com, sebenarnya pembalut sekali pakai saat ini dibuat dengan teknologi yang baik sehingga menyerap cairan dan enggak akan merembes. Jadi kita hanya perlu untuk membungkus pembalut bekas pakai dengan rapi dan dibuang di tempatnya.
Meskipun demikian, jangan dijadikan alasan untuk menunda mengganti pembalut ya karena akan sangat berbahaya untuk tubuh kita.
Baca selengkapnya di sini untuk tahu cara melalui menstruasi tanpa rasa sakit dan infeksi.
(Baca juga: Mengenali Perbedaan Dan Macam-Macam Pembalut Menstruasi)
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR