Berita duka kembali datang dari dunia persepakbolaan Indonesia. Sabtu (2/9), Catur Juliantono tewas setelah terkena lemparan petasan saat sedang menyaksikan pertandingan persahabatan antara Timnas Indonesia melawan Fiji di Stadion Patriot Bekasi, Jawa Barat.
Kematian Catur menambah deret panjang korban meninggal suporter bola saat pertandingan. Dilansir dari goal.com, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Save Our Soccer (SOS), sebelum Catur, ada 55 suporter lainnya yang mengalami kejadian serupa sejak tahun 1995 hingga 2017.
Berikut Cewekbanget.id membuat daftar 5 insiden mengerikan yang pernah menimpa suporter bola Indonesia periode 2016-2017.
Catur Juliantono
Pria usia 32 tahun ini meninggal setelah terkena ledakan petasan jenis rocket flare yang dilemparkan oleh oknum dari arah tribun selatan, tepatnya di belakang gawang, ke arah tempat duduk Catur di tribun tengah. Korban sempat dibawa oleh petugas medis ke RS Mitra Keluarga, tapi sesampainya di sana Catur dinyatakan meninggal dunia. Pelemparan petasan ini dilakukan usai laga pertandingan persahabatan Timnas Indonesia melawan Fiji di Stadion Patriot Bekasi.
Ricko Andrean
Kamis (27/7) lalu, seorang suporter Persib (Bobotoh), Ricko Andrean, harus meregang nyawa setelah sebelumnya menjadi korban pengeoroyokan yang dilakukan oleh suporter Persija (The Jakmania) usai laga Persib vs Persija pada Sabtu (22/7) di Gelora Bandung Lautan Api, Bandung.
Saat situasi sedang rusuh antara kedua suporter, Ricko berusaha menyelamatkan salah satu pendukung Persija. Dirinya yang kala itu enggak mengenakan atribut Persib, justru dikeoroyok oleh Bobotoh karena dikira anggota The Jakmania.
Harun Al Rasyid
Anggota The Jakmania ini meninggal setelah menjadi korban pengeroyokan yang dilakukan oleh oknum suporter Persib. Usai menonton laga Persija vs Persib di Stadion Manahan Solo, bus yang ditumpangi Harun dijegat oleh Bobotoh di Tol Palimanan, Cipali oleh sekelompok oknum berbaju biru. Gagal melarikan diri dari bentrokan, Harun pun jadi korban pengeroyokan dan meninggal di tempat.
Muhammad Rovi Arrahman
Remaja berusia 17 tahun ini meninggal saat dalam perjalanan menuju Stadion Wibawa Bakti Mukti, Bekasi untuk menyaksikan pertandingan antara Persib vs Persegres Gresik United pada Sabtu (22/10) lalu. Korban yang saat itu berbonceng tiga menggunakan motor, dihadang oleh puluhan orang yang diduga suporter klub lainnya.
Mereka dilempari batu dan helm. Remaja yang akrab disapa Omen ini lalu terjatuh dan sempat terseret oleh motor. Lepas dari motor, Omen kemudian dikeroyok oleh para oknum. Meski sempat dibawa ke klinik, nyawa Omen enggak bisa diselamatkan.
M. Fahreza
Fahreza meninggal pada Minggu (15/5) di RS Marinir, Jakarta Selatan. Dia diduga menjadi korban penganiayaan oknum polisi yang sedang mengamankan pertandingan. Rumor ini kemudian dibantah oleh Markas Besar Kepolisian. Saat itu Fahreza hendak menyaksikan pertandingan klub favoritnya, Persija, melawan Persela Lamongan di GBK.
Korban sempat menolak dibawa ke RS karena keterbatasan biaya. Ketika akhirnya sampai di RS Marinir, kondisinya sudah kritis dan enggak lama setelahnya dia meninggal.
Dilansir dari Kompas.com, Akmal Maarhali, Koordinator SOS, mengatakan kalau kejadian ini enggak bisa dianggap remeh atau disebut sebagai kecelakaan sepakbola. Pihak-pihak terkait harus menanganinya secara serius.
"Tak ada musuh dalam sepak bola. yang ada hanya rivalitas selama 90 menit di lapagan. Ini harus dipahami oleh semua elemen sepak bola di tanah air. Sepak bola adalah tempat hiburan, bukan pemakaman."
Selain pemerintah, kita sebagai penonton dan suporter pun harus turut andil dalam upaya menghapuskan insiden mengerikan ini. Mulailah memahami esensi sepak bola sebagai suatu hiburan dan olahrga yang menyenangkan. Bukan ajang adu hebat antar sesama suporter yang kemudian saling dendam dan menjadi penentu hidup dan mati seseorang. Pemerintah dan suporter harus sama-sama saling bantu berbenah soal penegakan peraaturan. Setuju?
Penulis | : | Putri Saraswati |
Editor | : | Putri Saraswati |
KOMENTAR