Meski udah putus, terkadang kita masih sering berpikiran kalau masih ada kemungkinan buat balikan sama mantan. Sama seperti Selena Gomez dan Justin Bieber, uhuk. Meskipun keduanya udah sempat putus, tapi toh ternyata masih bisa dekat lagi. Bahkan di hubungan mereka sebelumnya pun, putus-nyambung kayak-nya udah jadi agenda mereka.
Faktanya, berdasarkan data Match’s Singles of America Survey, kemungkian dua orang masih tetap berteman sampai akhirnya balikan lagi ternyata umum lho terjadi. Setengah responden cowok dan seenggaknya 42% responden cewek tercatat masih berteman dengan mantan pacar mereka.
(Baca juga: Curhat Cewek yang Pernah Menderita Bulimia & Anoreksia karena Pengin Kurus)
Survei tersebut juga mencatat, kalau ternyata meskipun udah mantan, kita juga masih sering kok memikirkan dia. Buktinya, ada sekitar 33% orang yang masih memimpikan mantan pacarnya ketika tidur, dengan presentase cowok yang lebih sering memimpikan hal-hal yang indah, jika dibandingkan dengan cewek.
Tapi enggak cuma saat tidur aja, ternyata di dunia nyata pun, banyak juga orang yang masih berimajinasi soal mantannya. Dan lagi-lagi cowok lah yang paling sering melakukannya.
Hmm… jadi terjawab kan, kenapa putus-nyambung ternyata adalah hal yang wajar? Meski terbilang wajar, ada kalanya putus-nyambung juga bisa dibilang sebagai toxic relationship lho, alias hubungan yang enggak sehat.
Kalau kamu ada kepikiran pengin balikan sama mantan, coba deh, lihat tanda-tandanya dulu. Apakah keputusan kita adalah hal yang benar atau malah bikin kita terjebak dalam toxic relationship. Karena terjebak dalam hubungan enggak sehat secara berulang-ulang bukan lah hal yang baik.
Ini dia tanda-tanda putus-nyambung bisa dibilang toxic relationship.
(Baca juga: 5 Tanda #RelationshipGoals yang Salah. Jangan Sampai Deh!)
Belum belajar dari kegagalan sebelumnya
Karena masih sering kepikiran, kita nekat aja mau balikan lagi sama mantan tanpa belajar dari faktor apa yang membuat kita dan dia bisa gagal di hubungan sebelumnya.
Kita harus sadar kalau kegagalan sebelumnya pasti disebabkan oleh sebuah kesalahan, dan hal ini enggak bisa kita biarkan saja. Sadari dulu apakah kita dan dia sudah belajar dari kegagalan itu dan mau mengubahnya. Kalau enggak ada pemikiran seperti ini, bisa dipastikan kita dan dia akan melakukan kesalahan yang sama lagi.
Kita cuma merasa kesepian
Enggak bisa dipungkiri kalau putus dari pacar pasti sakit banget. Kenangan-kenangan yang pernah kita dan dia buat bersama, jadi hal yang sering kita sayangkan. Ditambah lagi kita enggak bisa berhenti ngedengerin lagu yang bikin masa-masa galau makin parah.
Akhirnya kita kepikiran deh untuk balikan supaya bisa mengobati perasaan kesepian kita itu. Padahal 99% balikan dengan alasan ini bukan jalan keluar yang tepat lho.
Enggak bisa mengubah sikap
Kata ‘berubah’ enggak selamanya buruk lho dalam sebuah hubungan. ‘Berubah’ yang dimaksud adalah berubah ke hal yang lebih positif. Misalnya, alasan kita dan dia putus dulu adalah karena salah satu pihak terlalu egois atau terlalu pemarah.
Tapi selama putus dan kemudian balikan lagi, sikap tersebut masih terus menghantui hubungan yang kita jalin kembali. Jelas hal ini bukan hal yang sehat lho girls.
Masa-masa putus, harusnya bisa kita jadikan sebagai masa transisi supaya kita bisa berpikir lebih bijak dan dewasa terhadap kesalahan kita di hubungan sebelumnya. Dengan mengubah sikap kita yang merugikan di masa lalu, balikan sama pacar pun bisa dibilang sebagai keputusan yang tepat.
Memaksa cocok
Enggak semua hal di dunia ini memang cocok untuk kita, termasuk juga ketika memilih pacar. Setiap kepala manusia memiliki idealisme, prinsip, dan tujuan masing-masing. Dan berbeda dengan sikap, hal-hal yang berhubungan dengan idealisme ini sulit banget buah diubah.
Kalau dari awal, kita dan dia punya tujuan yang berbeda, kemudian tetap nekat dan memaksa untuk balikan lagi, bisa dipastikan hubungan baru yang kita jalin sama dia enggak ada bedanya dengan hubungan di masa lalu.
(Baca juga: Ternyata Cowok Juga Bisa Baper Dengan 10 Hal Ini!)
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR