Novel karya Pidi Baiq, Dilan 1990, sudah diangkat menjadi sebuah film dan pada 25 Januari mendatang siap tayang di seluruh bioskop seluruh Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, novel Dilan 1990 merupakan novel yang bisa bikin setiap pembacanya baper karena Pidi Baiq sukses menuliskan setiap kalimat indah yang diwakilkan oleh Dilan untuk Milea.
Enggak kalah dari novel tersebut, berikut 4 hal romantis dan bikin baper dari film Dilan 1990:
(Baca juga: Transformasi Iqbaal Ramadhan, dari Boyband CJR Jadi Pemeran Dilan. Semakin Keren!)
Cara perkenalan yang tidak biasa
Mulai dari awal, Dilan memang sudah terang-terangan menyukai Milea. Mulai dari ramalan-ramalan Dilan tentang Milea hingga pengakuan Dilan pada Nandan yang mengatakan bahwa ia menyukai Milea.
Hal tersebut tentu bikin kita baper karena tidak semua cowok berani untuk terang-terangan bilang suka dan berkenalan dengan cara yang tidak biasa.
Hadiah istimewa dari Dilan
Enggak hanya perkenalan Dilan saja yang istimewa, namun hadiah yang diberikan juga istimewa. Ketika Milea ulang tahun, Dilan memberinya TTS yang sudah diisi agar Milea tidak perlu pusing mengisinya.
Tidak hanya itu, Dilan juga mengirimkan Bi Asih agar Milea bisa dipijit. Romantis dengan cara yang berbeda.
(Baca juga: 8 Quotes Gombal di Novel Dilan yang Bisa Bikin Kita Tersipu!)
Kata yang terlontar dan puisi dari Dilan
Dilan yang sangat menyukai Milea sering mengatakan kata-kata romantis yang bikin kita klepek-klepek. “Milea kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore, tunggu aja.”
Belum lagi puisi Dilan tentang Milea yang dijamin bikin hati kita meleleh.
Dilan tidak baik, tetapi dia tidak kasar
Hal ini yang paling membuktikan kalau Dilan memang lelaki sejati. Ya, Dilan memang panglima tempur Geng Motor di Bandung.
Namun, ia tidak pernah kasar kepada Milea dan selalu berusaha membuat Milea tertawa. Bagaimana menurut kamu, girls?
(Baca juga: 6 Scene Lucu di Film Dilan 1990 yang Bikin Penonton Satu Studio Ngakak!)
Penulis | : | Kinanti Nuke Mahardini |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR