Bulan Maret sering disebut sebagai bulannya perempuan. Bahkan, bulan Maret juga sering dikenal dengan Women’s History Month. Hal ini enggak bisa terjadi tanpa sejarah sebagai latar belakangnya. Yuk , cari tahu alasan kenapa bulan Maret adalah bulannya perempuan!
(Baca juga: Belajar dari Laksamana Malahayati, Pahlawan Perempuan Indonesia, Tiru 4 Karakternya Agar Jadi Cewek Kuat Yuk!)
Sejarah Women’s History Month
Di Eropa tahun 1911, atau lebih tepatnya pada tanggal 8 Maret, diperingati International Women’s Day untuk pertama kalinya. Pada saat itu. mayoritas negara-negara di Eropa hingga Amerika Serikat menganggap bahwa hak-hak perempuan adalah topik politik yang penting. Hak pilih perempuan menjadi prioritas banyak organisasi. Bahkan perempuan dan laki-laki kerap menulis buku tentang kontribusi perempuan dalam sejarah.
Tapi sejak melemahnya ekonomi di tahun 1930an dan adanya Perang Dunia II, hak-hak perempuan sedikit demi sedikit mulai dilupakan.
Lalu di tahun 1950an sampai 1960an, setelah Betty Friedan, seorang activis feminisme dan psikologis, mulai mengangkat isu tersebut, pergerakan perempuan kembali bangkit. Dengan adanya liberasi perempuan pada tahun 1960, ketertarikan orang-orang terhadap isu perempuan dan sejarah perempuan pun semakin merambah luas.
Di tahun 1970, akhirnya timbul kesadaran dalam berbagai jenjang pendidikan untuk mengajarkan peran perempuan dalam sejarah, setelah sebelumnya peran perempuan ini tidak pernah disorot sama sekali.
Selanjutnya, banyak universitas yang mulai memasukkan unsur sejarah perempuan dalam mata kuliah serta memperluas studi bertema perempuan. Di tahun 1978 di California, Education Task Force mulai merayakan Women’s History Week yang rangkaian perayaannya bertepatan dengan International Women’s Day di tanggal 8 Maret.
Apa yang bisa kita lakukan untuk merayakan Women’s History Month?
Untuk memperingati Women’s History Month kita bisa melakukannya dengan cara-cara sederhana. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran kita terhadap peran-peran perempuan dalam sejarah.
Selain Ibu Kartini, kita juga perlu lebih banyak tahu tentang pahlawan-pahlawan perempuan lainnya yang memberi dampak positif terhadap kemerdekaan negara serta perempuan lainnya.
Dan karena bertepatan dengan dengan International Women’s Day, kita juga bisa lebih meningkatkan rasa penghargaan kita kepada sesama perempuan dengan saling mendukung, bukannya menjatuhkan. Setuju? (thoughtco.com, nwph.org)
(Baca juga: 9 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Enggak Banyak Orang Tahu)
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR