Menyesuaikan diri
Dalam permainan bulutangkis, enggak semua strategi bisa berjalan dengan baik. Sehingga untuk memenangkan suatu pertandingan, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan kelebihan dan kelemahan lawan.
Dalam hidup, kita juga dihadapkan dengan beragam tantangan yang berbeda-beda setiap waktu, sehingga kita harus bisa menyesuaikan ‘senjata’ seperti apa yang bisa kita keluarkan untuk menyelesaikan tantangan tersebut.
Fisik enggak cukup, pikiran juga penting
Pemain bulutangkis enggak hanya mengandalkan kekuatan fisik yang mereka miliki, tapi juga kekuatan pikiran mereka. Saat melakuakan serangan demi serangan, bahkan ketika bertahan, mereka harus memutar otak supaya serangan dan pertahanan mereka bisa bekerja dengan baik.
Begitupun dalam hidup, bukan cuma kesehatan fisik saja yang penting, kesehatan pikiran kita juga harus dijaga dengan baik. Karena dengan begitu, kita jadi bisa menghadapi hari dengan baik juga.
Enggak gampang menyerah
Karakter lain yang harus dimiliki oleh pemain bulutangkis yang sukses adalah sikap yang enggak gampang menyerah. Seperti apapun pukulan yang diberikan oleh lawannya, mereka akan berusaha untuk mengembalikan bola dengan lari kesana-kemari, bahkan hingga terjatuh sekalipun.
Dalam hidup kita juga membutuhkan semangat pantang menyerah ini. Kegigihan dan keuletan untuk terus menjalani hidup dengan baik wajib kita contoh dari para pemain bulutangkis. As long as you live, do not quit!
Menerima hasil
Pemain bulutangkis pasti akan mengalami masa kalah dan menang, karena mereka enggak terlahir sempurna dan enggak akan selalu memenangkan pertandingan. Begitu pun juga dengan hidup. Enggak selamanya apa yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang baik. Kita juga akan mencicipi kegagalan dalam hidup kita. Menerima kenyataan, belajar dari pengalaman, dan membentuk pribadi yang semakin baik adalah hal yang bisa membuat kita menjadi sosok yang lebih baik dari hari ke hari.
(Baca juga: Prestasi 5 Atlet Korea Ini Bisa Memotivasi Kita! Inspiratif!)
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR