Sebelum adanya internet, setiap informasi disebar antara pemikiran seseorang dan penyimpanan eksternal dalam bentuk buku-buku. Membagi informasi dengan cara ini digunakan dengan tujuan supaya ada ketersediaan pengetahuan yang luas pada suatu grup sosial tertentu dengan memberi kesempatan ahli untuk memperdalam pemahaman mereka tentang bidang tertentu.
Google effect
Dalam skala kecil, sebuah studi menyebutkan bahwa dua orang yang pacaran secara spontan membagikan memori mereka satu sama lain. Masing-masing pasangan bertanggung jawab terhadap informasi yang harus diingat, sehingga mereka jadi mudah buat mengingat kembali.
Dulu, mengeksternalisasikan informasi membutuhkan usaha yang enggak mudah. Tapi dengan teknologi internet seperti saat ini, hampir semua hal bisa diakses hanya dengan hitungan detik. Kemudahan ini akhirnya disebut sebagai “Google effect”, yakni sedikit yang perlu kita simpan secara internal, saking mudahnya akses yang tersedia.
Ketersediaan informasi eksternal ini pada akhirnya membuat kita jadi gampang mengabaikan informasi tersebut, sebaliknya kita malah berusaha mengingat dimana seharusnya kita menemukan informasi itu.
Contohnya, menurut sebuah studi, dibuktikan bahwa seseorang yang bermain trivia game percaya jika komputer akan menyimpan pertanyaan trivia sehingga mereka bisa mempelajarainya lagi. Ini artinya mereka enggak menciptakan sendiri informasi yang pengin mereka ingat. Tapi, mereka malah menciptakan cara bagaimana bisa mendapatkan informasi itu kembali lewat komputer.
FOMO
Efek ini ternyata juga berhubungan dengan FOMO alias Fear of Missing Out, yakni keadaan seseorang yang takut bakal ketinggalan sebuah informasi. FOMO juga sering sikaitkan dengan keadaan seseorang yang kurang puas dengan hidupnya, memiliki mood yang buruk, dan selalu merasa kurang. Tapi ternyata, dari hasil penelitian yang sama, seseorang yang nge-share suatu konten juga bisa berpotensi ‘kehilangan’ sesuatu yang dirasa penting dalam pengalaman itu.
Dan meskipun kita yakin kita menikmati pengalaman yang kita alami, ketika kita mulai mengubah informasi itu ke bentuk lain seperti foto, video, catatan, atau sosial media, pada dasarnya kita ‘kehilangan’ pengalaman aslinya, yakni aspek yang enggak bisa diabadikan lewat media sosial. (Time)
(Baca juga: 3 Jenis Cinta Yang Bakal Kita Temui Di Dalam Hidup)
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR