Film Wiro Sableng yang sudah mulai tayang di bioskop Indonesia sejak tanggal 30 Agustus 2018 ini sudah sangat menarik perhatian publik sejak lama lho.
Tentu saja hal ini dikarenakan memang film Wiro Sableng sudah ada versi film dan sinetronnya dulu, dan kini dibikin versi baru lagi dengan dibintangi oleh Vino Bastian sebagai pemeran Wiro.
Seperti yang kita ketahui, karakter Wiro Sableng adalah pahlawan asli Indonesia yang memang kalau kita baca buku atau nonton sinetronnya menunjukkan kehidupan di Indonesia pada abad ke-16.
Namun ternyata, bahasa yang dipakai untuk film Wiro Sableng ini enggak lawas kok malah justru kekinian!
BACA JUGA: 7 Film Indonesia Paling Ikonik Sepanjang Masa! Ada Dilan Lho!
Pada 15 Agustus 2018, Vino Bastian yang cewekbanget.id wawancara di Kompas Gramedia Majalah, mengaku kalau bahasa khas dari buku Wiro Sableng tetap ada, namun untuk bahasanya terjadi modifikasi dengan bahasa yang dekat dengan penonton film sekarang ini.
Vino mengatakan, "Sebenarnya ceritanya memang di abad ke-16, tapi kalau dari buku Wiro Sableng sendiri sebenarnya enggak menggunakan bahasa yang jadul ya, tapi memang bahasa yang dipakai itu kan lebih dekat ke pembaca. Jadi, enggak ada bahasa yang terlalu sulit.
Dan film ini juga fantasi ya, pasti ada karakteristik dari abad ke-16 namun setiap film pasti butuh pengembangan ya contohnya simbol 212 yang dimodifikasi jadi kekinian kan meskipun enggak lari dari abad ke-16 itu.
Jadi sebagai daya tarik untuk generasi baru yang enggak kenal Wiro Sableng sih kita juga menggunakan lelucon yang kekinian ya walaupun sebenarnya bahasa khas di buku nya ya namun enggak dijadikan patokan banget sih untuk film.”
BACA JUGA: 6 Film Indonesia yang Diangkat dari Sinetron Laris. Sudah Nonton?
Nah, jadi jangan takut akan bosan nonton film Wiro Sableng dan mengira film ini akan lawas banget ya, girls. Karena ternyata bahasa yang dipakai sangat kekinian kok dan pasti akan seru banget!
Kamu bisa lihat trailer film Wiro Sableng di sini ya.
Penulis | : | Indah Permata Sari |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR