Cewekbanget.id – Pernah nggak sih girls kepikiran tentang asal usul nama dari sebuah tempat? Pastinya penamaan sebuah tempat juga memiliki arti dan alasan kenapa diberi nama seperti itu bukan.
Demikian juga halnya dengan kampung-kampung di Jakarta.
Namanya beragam dan ada yang berasal dari peristiwa yang terjadi di sana, ada yang diambil dari nama seorang tokoh penting yang hidup di sana, ada pula nama yang didasarkan pada tumbuhan atau binatang yang banyak hidup di tempat itu.
Baca Juga : Cukup Tempelkan Jahe di Dada Untuk Sembuhkan Batuk Berdahak, Begini Caranya
Beberapa kampung telah diganti namanya oleh pemerintah Indonesia.
Tapi banyak juga yang masih lestari sampai saat ini.
Berikut ini beberapa asal usul nama tempat di Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang dikutip dari Buku “Betawi: Queen of The East” karya Alwi Shahab; Jakarta Culture dan Heritage, Dinas Permuseuman dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Baca Juga : Merinding! Jenazah Tiba-Tiba 'Bangun' Saat di Mandikan Keluarga
Senayan berasal dari bahasa betawi “senenan”, yakni sejenis permainan ketangkasan berkuda.
Dulunya, di daerah ini orang-orang sering berkumpul untuk beradu ketangkasan senenan.
Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatarbelakangi penamaan daerah yaitu meninggalnya seorang penabuh tambur didaerah ini.
Penabuh itu dimakamkan di bawah pohon jati sehingga nama kampung ini sebenarnya adalah Jati Petamburan.
Baca Juga : 4 Emoji di WhatsApp ini Seringkali Disalahartikan, Coba Cek yuk!
Nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang Mataram yang berkubu di situ dalam rangka penyerbuan Kota Batavia tahun 1628.
Ada kemungkinan pasukan tentara Mataram itulah yang memberi nama Tanah Abang, karena tanahnya berwarna merah (merah dalam bahasa Jawa adalah “abang”).
Kemungkinan lain adalah bahwa nama itu diberikan oleh orang-orang Banten yang bekerja pada Phoa Bingham, waktu membuka hutan di kawasan tersebut.
Baca Juga : Marak Dijual di Pasar Gelap, Ternyata Segini Harga Organ Tubuh Manusia
Nama Gondangdia cukup dikenal di kalangan masyarakat asli Jakarta karena sering disebut dalam lagu Betawi “Cikini di Gondangdia, badan begini lantaran dia”.
Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia.
Versi pertama, Gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, yakni NV Gondangdia.
Versi lainnya, nama Gondangdia berasal dari nama seorang kakek yang terkenal dan disegani oleh masyarakat sekitar kampung.
Kakek ini sering juga dipanggil Kyai Kondang.
Karena terkenal dikalangan masyarakat kampung, nama kakek Kondang sering disebut-sebut dan masyarakat sering mengaitkan nama tempat itu dengan nama kakek.
Akhirnya daerah tersebut terkenal dengan nama Gondangdia (kakek dia yang tersohor).
Baca Juga : Tak Hanya Putri Diana, 4 Putri Kerajaan ini Juga Berakhir Tragis. yang Keempat dari Indonesia
Nama kwitang berasal dari nama orang Cina yang kaya raya bernama Kwik Tang Kiam.
Kwik Tang seorang tuan tanah yang kaya dan hampir semua tanah yang terdapat didaerah tersebut miliknya.
Petojo berasal dari nama seorang pemimpin orang-orang Bugis yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju.
Oleh orang Betawi, petuju diucapkan “petojo”.
Ada dua pendapat mengenai asal-usul nama kawasan ini. Ada yang mengatakan berasal dari kata “grojok”, suara kucuran air dari pancuran.
Lidah orang Tionghoa mengubah kata grojok menjadi kata glodok.
Dulu, di sana terdapat semacam waduk penampungan air dari kali Ciliwung, yang dikucurkan dengan pancuran terbuat dari kayu, dengan ketinggian kurang lebih 10 kaki.
Keterangan lainnya menyebutkan, bahwa kata glodok diambil dari sebutan terhadap jembatan yang melintas Kali Besar (Ciliwung) di kawasan itu, yaitu jembatan Glodok.
Disebut demikian karena dahulu di ujungnya terdapat tangga yang menempel pada tepi kali, yang biasa digunakan untuk mandi dan mencuci oleh penduduk di sekitarnya.
Dalam bahasa Sunda, tangga semacam itu disebut glodok.
Baca Juga : Dari UI Hingga UGM Segini Biaya Per-Semester 5-10 Tahun Kedepan, Capai Rp 60Juta!
Nama jalan di dekat pertokoan Glodok ini berasal dari bahasa Belanda “financien” yang artinya keuangan.
Ada juga yang mengatakan di tempat ini dulunya ada departement van financien, alias depertemen keuangan.
Oleh lidah orang Betawi, kata financien berubah menjadi pinangsia.
Marunda berasal dari kata “merendah”.
Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli di sini memang rendah hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang oleh agama.
Baca Juga : Pantas Saja Oli Bekas Sering Dikumpulkan, Ternyata Banyak Fungsi yang Bermanfaat
Sekitar tahun 1660, di pantai sebelah timur muara Kali Angke diletakan sebuah fluitschip (kapal panjang ramping), bernama Het Witte Paert, yang sudah tidak laik laut.
Kapal ini dijadikan kubu pertahanan untuk membantu Benteng Vijhoek yang terletak di pinggir Kali Grogol, sebelah timur Kali Angke, dalam rangka menanggulangi serangan serangan sporadis yang dilakukan oleh pasukan bersenjata Kesultanan Banten.
Kubu tersebut kemudian dikenal dengan sebutan De Fluit. (*)
Artikel ini telah tayang di Idea Online dengan judul, “Asal Usul Nama 10 Daerah di Jakarta, Mulai dari Senayan hingga Marunda”
Source | : | idea online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |
KOMENTAR