Seasonal Affective Disorder (SAD) adalah gangguan mental yang dipengaruhi oleh perubahan iklim . Gangguan ini umumnya terjadi di negara 4 musim yang merasakan musim dingin bersalju. Di Indonesia, kasus ini jarang terjadi. Tapi banyak orang yang pernah merasakan depresi saat musim hujan berkepanjangan dan mendung berbulan-bulan nonstop.
SAD bukanlah gangguan mental yang mudah didiagnosa. Kita enggak bisa menyatakan kita mengalaminya hanya karena kita merasa galau sesekali saat langit mendung. Untuk bisa disebut major depression, setidaknya seseorang sudah mengalami gangguan mental ini secara berulang selama setidaknya 2 tahun berturut-turut.
(Baca juga: Wajib Tahu Bahayanya Sering Ngaku-ngaku Depresi dan Stress)
Mengapa lebih rentan terkena SAD di musim dingin?
Kalau kita perhatikan, saat musim dingin, intensitas cahaya pasti sangat rendah. Malam hari lebih panjang, siang hari lebih singkat. Pemandangan sangat enggak beragam, semuanya putih tertutup salju.
Dilansir dari Kompas.com, dalam sebuah wawancara dengan Blue Night Radio di tahun 2015 Jonghyun ‘SHINee’ mengaku mengidap SAD ini. Ia mengaku semakin merasa depresi selama musim gugur dan musim dingin sedari kecil. Beruntung, Ibunya selalu memberi perhatian dan membuatkan makanan favoritnya saat Jonghyun merasakan ini.
Apa yang menyebabkan Summertime Sadness
Tapi ternyata gangguan mental ini enggak terbatas hanya terjadi saat musim salju atau musim hujan, girls. Melainkan bisa juga terjadi di musim panas. Ternyata Summertime Sadness bukan sekadar judul lagu dari Lana Del Rey. SAD musim panas juga dikenal dengan sebutan summertime sadness. Berlawanan dengan SAD di musim dingin, summertime sadness justru dipicu oleh cahaya matahari yang terlalu intens, terlalu panjang, dan cuaca panas yang bisa merusak mood.
(Baca juga: Kepergian Jonghyun 'SHINee' Bikin Fans Khawatir dengan Milk Club)
Selain itu, kita mengenal fenomena modern yang disebut FOMO atau Fear of Missing Out. FOMO juga dapat memicu SAD musim panas lho. Di musim dingin, memang kebanyakan orang merasakan depresi atau winter blues sehingga pengidapnya merasa “punya teman” dan enggak sendirian.
Di sisi lain, saat musim panas tiba, tentunya kebanyakan orang pergi berlibur dan bersenang-senang di cuaca yang cerah, bukan? Ini lah yang membuat pengidap summertime sadness jadi merasakan FOMO, merasa jadi outsider, terisolasi, dan berujung jadi semakin depresi. Seorang ahli SAD dan psikiater klinis dari Georgetown University, Norman Rosenthal, mengatakan justru pengidap SAD musim panas memiliki keinginan bunuh diri lebih tinggi.
Penulis | : | Andien Rahajeng |
Editor | : | Andien Rahajeng |
KOMENTAR