Annastasia menuturkan, beberapa orang terjebak dengan dirinya melihat "tembok" sebagai hambatan permanen.
"Seolah tidak ada matahari di balik tembok tersebut. Mereka merasa takut, cemas, tidak berdaya. Mereka anggap pembatasan sosial itu membatasi segala hal dalam hidup mereka," tuturnya. "Bayangan bahwa hidup tidak lagi seperti dulu sangat menakutkan. Mereka sulit menerima adanya pikiran selain apa yang mereka pahami."
Di sisi lain, enggak sedikit orang menilai bahwa di situasi pandemi sangat penting untuk belajar hal baru, hanya saja mereka takut mengambil risiko. "Banyak sekali pertimbangan saat akan bertindak. Akhirnya mereka menunda tindakan mereka," kata Annastasia, "Keinginan untuk keluar dari Panic Zone sangat besar, namun mereka belum berada di Comfort Zone karena masih mencari petunjuk yang cocok."
Baca Juga: Cemas Berlebihan Bikin Kesehatan Tubuh Ngalamin 7 Efek Ini Lho!
Bertanya pada Diri Sendiri
Untuk itu, Annastasia pun menyarankan agar kita bertanya kepada diri sendiri mengenai apa yang sudah kita lakukan selama 3 bulan masa pandemi.
"Saat ini kita masih berada di tahap mencari siasat untuk menghilangkan kejenuhan. Ketika kita menghadapi tembok, nikmati saja. Tidak banyak orang yang mampu menikmati tembok ini," ujar dia.
Annastasia juga menyebut perlunya 'menikmati' masa pandemi dengan menciptakan ide kreatif.
Baca Juga: Olahraga & 5 Tips Atasi Rasa Cemas Karena Penyebaran Virus Corona!
5 Proses Kreativitas
Ada 5 proses yang akan membantu kita menghasilkan kreativitas menurut buku 'Wired to Create' karangan Scott Barry Kaufman dan Carolyn Gregoire.