Tampil secara daring tapi tetap memegang pakem
Teguh “Kenthus” Ampiranto selaku seniman wayang orang Bharata dan sutradara mengatakan, “Kami tetap memegang pakem, hanya cara penyampaiannya yang harus diubah. Saya memikirkan kelanggengan wayang orang. Saya ingin kesenian ini bertahan sampai akhir zaman.” ujar Teguh seperti dilansir dari Natgeo Indonesia.
Salah satu kreativitas untuk solusi masa pandemi, ungkap Kenthus, adalah menggunakan teknologi.
“Wayang orang Zoom live pertama di indonesia juga suatu kreativitas di masa pandemi. Dari rumah masing-masing, kami menggelar wayang orang Zoom.” jelas Teguh.
Fyi, para seniman wayang orang ini mementaskannya dari rumah masing-masing, lho. Salut banget!
Baca Juga: Enggak Kalah dengan Kado dari Aurel, Intip Kado Mewah Atta Halilintar Buat Azriel Hermansyah!
Sinopsis dan makna cerita
Tajuk "Sinarning Pagebluk" bercerita tentang Prabu Korona Birawa yang sedang kasmaran dengan Dewi Woro Sembadra, istri Raden Arjuna.
Rasa cinta ini jelas tak kesampaian karena kasih sayang sejati adalah jalinan rasa jiwa yang tulus, bukan keinginan, paksaan apalagi niat penguasaan.
"Empak empo tan kuciwa memanise esemmu, nimas ayu Dyah Sembodro pepujanku, wong kuning, legananan tresnaku sundhul wiyati..."
Gelegar suara dan seringai Prabu Corona Birawa, yang ditampilkan berwajah merah dan memiliki taring, memecah adegan pertama.
Itu menjadi penggalan dari adegan pembuka pagelaran wayang orang yang disiarkan langsung via Zoom.
Baca Juga: Siklus Menstruasi Enggak Teratur dan 6 Dampak Stres yang Wajib Kita Waspadai!
“Kontekstualitas kisah ini menjadi gambaran kondisi bangsa yang sedang diserang virus corona nan durjana. Virus ini penuh hasrat jahat dan penuh nafsu penguasaan,” ungkap Kenthus.