CewekBanget.ID - Terkadang, putus hubungan dengan seseorang membuat kita didominasi perasaan sedih, bahkan enggak terima.
Kemudian timbul dorongan untuk tetap mengecek update kehidupan mantan, misalnya lewat media sosial.
Keinginan untuk mengetahu apakah mantan masih melakukan aktivitasnya seperti biasa, bagaimana perasaannya setelah putus, hingga apakah ia sudah punya pacar baru inilah yang kita kenal dengan istilah stalking atau menguntit.
Baca Juga: Jangan Dianggap Remeh, Ini 4 Dampak Negatif Stalking Berlebihan. Stop Mulai Sekarang!
Stalking Mantan
Bagi sebagian orang, terutama pihak yang 'diputusin', keinginan untuk kepo tentang mantan pacarnya jadi hal yang sulit dielakkan.
Kegiatan ini disebut juga dengan stalking (menguntit).
Di era digital ini, kegiatan stalking biasanya dilakukan lewat akun media sosial si mantan.
Rasanya sulit menahan godaan untuk mengetahui apakah si mantan sudah baik-baik saja hidupnya atau malah sudah punya pacar baru.
Padahal, kegiatan menguntit mantan ini hanya memperpanjang rasa sakit hati dan stres setelah putus cinta, lho!
Pengertian Stalking
Dilansir dari Kompas.com, menurut pakar psikologi Theresa E. Didonato, stalking bisa diartikan sebagai perasaan pengin mengejar terus menerus yang enggak diinginkan, baik secara virtual atau secara langsung.
Pada umumnya korban stalking mengenal orang yang jadi penguntit atau stalker.
Hati-hati! Kegiatan menguntit ini bisa menimbulkan rasa takut dan menguras emosi korban, apalagi jika dilakukan secara terang-terangan dan intens.
Malah, kadang si stalker menuliskan komentar atau status marah dan menjelek-jelekkan korban.
Enggak jarang pula ada yang mengancam akan menyebarkan foto atau video yang bisa mempermalukan korban.
Baca Juga: 4 Cara Menghadapi Mantan yang Masih Suka Stalking Kita. Ganggu Banget!
Perasaan Terhubung
Mengapa seseorang bisa jadi stalker, ya?
Menurut Didonato, hal ini dipicu oleh kebutuhan akan keterikatan, perasaan untuk terhubung dan memiliki.
"Kebutuhan akan relasi ini biasanya dipenuhi oleh pasangan kita, sehingga ketika hubungan putus perasaan akan keterikatan itu hilang," katanya seperti dilansir dari Kompas.com.
Pihak yang diputuskan hubungannya dan menjadi stalker juga kerap merasa dirinya sebagai korban atau dipermainkan, sehingga rasa takut akan diabaikan itu membuat mereka enggak bisa berpikir jernih.
Stalker juga biasanya punya sifat obsesif dalam hidupnya, termasuk hubungan asmaranya.
Mereka tergolong orang yang narsis dan enggak bisa menghargai perasaan atau batasan dari orang lain.
Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Cowok Masih Sering Nge-stalk Akun Mantan. Kangen?
Stop Stalking!
Tindakan stalking memang enggak bisa dibenarkan dengan alasan apapun, apalagi jika sudah terlalu jauh dan membuat korban merasa enggak nyaman.
Tapi di sisi lain, enggak ada kriteria khusus untuk mengenali potensi seseorang menjadi stalker, misalnya stereotip bahwa orang yang gemar stalking adalah penyendiri, kesepian, atau enggak bisa bergaul.
Bahkan, para ahli menemukan bahwa penguntit rata-rata justru orang yang ramah dan menarik, sehingga orang enggak mengira ia punya obsesi enggak sehat dengan mantannya.
Jadi kalau kita sudah merasa bahwa kita diam-diam doyan stalking mantan, sebaiknya segera berhenti dan cari kegiatan lain yang lebih bermanfaat, ya!
(*)