Duh, Kenapa Orang Doyan Bergosip? Gini Penjelasan Ilmiahnya!

By Salsabila Putri Pertiwi, Kamis, 27 Agustus 2020 | 20:50 WIB
Zodiak Bu Tejo di film Tilik. (Youtube Ravacana Films)

Jadi, meskipun benar bahwa orang-orang dapat menghabiskan banyak waktu untuk berbicara tentang teman sebayanya, sering kali obrolan itu 'enggak berbahaya.'

Baca Juga: Jangan Sampai Ketahuan Bergosip di Kota Ini, Ada Hukuman yang Menanti!

Kenapa Bergosip?

Drama 'I'll Visit You When the Weather is Nice'

Beberapa peneliti berpendapat bahwa gosip membantu nenek moyang kita bertahan hidup.

Psikolog evolusioner Robin Dunbar pertama kali memelopori gagasan ini, membandingkan gosip dengan primata yang menggunakannya sebagai alat bonding.

Sementara itu menurut Ludden, sekarang kita berbicara mengenai masuknya gosip karena obrolan kebanyakan berbicara tentang orang lain dan menyampaikan informasi sosial.

Bergosip, menurut penelitian Dunbar, memberi manusia kemampuan untuk menyebarkan informasi berharga ke jaringan sosial yang sangat besar.

"Gosip dalam arti luas ini memainkan sejumlah peran berbeda dalam mempertahankan kelompok yang berfungsi secara sosial dari waktu ke waktu," ujar Dunbar.

Ludden menjelaskan, kita adalah makhluk sosial dan ini sangat membantu untuk mendapatkan informasi tentang orang dari orang lain ketika jaringan ini terlalu besar untuk kita amati."

Dampak Fisiologis

Dalam sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam Social Neuroscience, para ilmuwan mengamati pencitraan otak cewek dan cowok saat mereka mendengar gosip positif dan negatif tentang diri mereka sendiri, sahabat, dan selebriti mereka.

Orang yang mendengar gosip baik atau buruk tentang diri mereka sendiri, serta gosip negatif secara umum, menunjukkan lebih banyak aktivitas di korteks prefrontal otak mereka, yang merupakan kunci kemampuan kita untuk menavigasi perilaku sosial yang kompleks.

Kegiatan ini menandakan subjek menanggapi gosip dan wawasannya.

Hal ini terkait dengan keinginan manusia untuk dilihat secara positif oleh orang lain dan cocok secara sosial, terlepas dari apakah ini mencerminkan apa yang sebenarnya kita rasakan.

(*)