CDC Ralat Soal Penularan COVID-19 Lewat Udara, Balik ke Pedoman Sebelumnya!

By Salsabila Putri Pertiwi, Selasa, 22 September 2020 | 15:24 WIB
Cara Jepang #hadapicorona (Foto: AFP)

Medium Sebaran Virus

Sebelumnya, CDC menjelaskan bahwa COVID-19 menyebar melalui droplet atau partikel kecil, seperti aerosol, yang diproduksi ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, menyanyi, berbicara atau bernapas.

"Partikel-partikel ini bisa dihirup melalui hidung, mulut, saluran pernapasan dan paru-paru dan menyebabkan infeksi. Ini dianggap sebagai jalur utama penyebaran virus," ungkap CDC.

CDC lantas menulis bahwa ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa droplet dan partikel airborne bisa bertahan di udara dan dihirup oleh orang lain.

Droplet dan partikel airborne juga bisa terbang hingga jarak lebih dari 1,8 meter, misalnya ketika praktik paduan suara, di restoran atau di tempat olahraga.

Baca Juga: Studi: Jaga Jarak Diperketat, Infeksi COVID-19 Dapat Lebih Rendah!

Secara umum, lingkungan dalam ruangan tanpa ventilasi yang baik meningkatkan risiko penyebaran virus corona.

COVID-19 pun dinyatakan bisa menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia, bahkan ketika orang yang terinfeksi enggak bergejala.

Hal ini membuat CDC mengatakan mereka harus mengubah panduan melindungi diri dari COVID-19.

Misalnya, jika sebelumnya anjuran jarak adalah sekitar 1,8 meter, kini mereka menyebut bahwa 1,8 meter adalah jarak minimal yang harus dijaga jika memungkinkan.

Selain itu, anjuran baru lainnya adalah agar orang yang sakit mengisolasi diri di rumah, hingga menyarankan penggunaan penjernih udara atau air purifier demi mengurangi kuman yang melayang di udara.

(*)