CDC Ralat Soal Penularan COVID-19 Lewat Udara, Balik ke Pedoman Sebelumnya!

By Salsabila Putri Pertiwi, Selasa, 22 September 2020 | 15:24 WIB
Cara Jepang #hadapicorona (Foto: AFP)

CewekBanget.ID - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sempat memperbarui panduan mengenai penyebaran COVID-19 pada Jumat (18/9/2020).

Menurut panduan baru tersebut, SARS-Cov-2 penyebab COVID-19 dapat menular dengan cara yang lebih mudah daripada yang dikira selama ini dan disebutkan bahwa COVID-19 merupakan jenis virus yang bisa menyebar di udara (airborne), sehingga merupakan salah satu jenis virus yang paling menular dan mudah menyebar.

Namun, dalam perkembangan terbaru pihak CDC justru mengatakan draf rekomendasi itu diunggah secara keliru dan panduan yang diunggah di situs pada Jumat lalu tersebut kini sudah ditarik.

Baca Juga: Ada 7 Gejala Baru Penularan COVID-19! Salah Satunya Muncul Lebih dari Sebulan!

Ralat dari CDC

CDC menarik panduan penyebaran COVID-19 yang sempat diunggah pada Jumat (18/9/2020).

Dalam panduan tersebut disebutkan, virus corona penyebab COVID-19 merupakan jenis virus yang bisa menyebar di udara (airbone).

Namun kemudian CDC meralat pernyataan tersebut.

"CDC saat ini memperbarui rekomendasinya mengenai penularan melalui udara SARS-CoV-2. Setelah proses ini selesai, selesai, bahasa pembaruan akan diposting," ungkap Jurubicara CDC, Jason McDonald, seperti dilansir Kompas.com melalui CNN, Selasa (22/9/2020).

Panduan tersebut berkaitan dengan cara penyebaran virus corona baru.

Kembali ke Pedoman Sebelumnya

 

Memakai masker untuk cegah Corona, perlu enggak sih?

Meskipun memang sebelumnya diketahui virus tersebut dapat menyebar melalui tetesan di antara orang-orang yang berdekatan kurang dari jarak dua meter, penelitian terus mengeksplorasi bagaimana virus tersuspensi dalam partikel aerosol di udara.

Juga dipelajari bagaimana virus ini ditularkan ke orang-orang yang jaraknya lebih dari dua meter.

Panduan CDC yang mengakui transmisi udara sebagai media penularan diunggah pada hari Jumat lalu, sementara situs-situs berita mulai melaporkan beberapa hari setelahnya.

CNN pertama kali melaporkan perubahan tersebut pada hari Minggu (20/9/2020).

Namun kemudian, CDC mengatakan bahwa rujukan akan kembali ke pedoman sebelumnya.

Baca Juga: Studi: Benarkah Memakai Kacamata Efektif Menangkal Infeksi COVID-19?

Medium Sebaran Virus

Sebelumnya, CDC menjelaskan bahwa COVID-19 menyebar melalui droplet atau partikel kecil, seperti aerosol, yang diproduksi ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, menyanyi, berbicara atau bernapas.

"Partikel-partikel ini bisa dihirup melalui hidung, mulut, saluran pernapasan dan paru-paru dan menyebabkan infeksi. Ini dianggap sebagai jalur utama penyebaran virus," ungkap CDC.

CDC lantas menulis bahwa ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa droplet dan partikel airborne bisa bertahan di udara dan dihirup oleh orang lain.

Droplet dan partikel airborne juga bisa terbang hingga jarak lebih dari 1,8 meter, misalnya ketika praktik paduan suara, di restoran atau di tempat olahraga.

Baca Juga: Studi: Jaga Jarak Diperketat, Infeksi COVID-19 Dapat Lebih Rendah!

Secara umum, lingkungan dalam ruangan tanpa ventilasi yang baik meningkatkan risiko penyebaran virus corona.

COVID-19 pun dinyatakan bisa menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia, bahkan ketika orang yang terinfeksi enggak bergejala.

Hal ini membuat CDC mengatakan mereka harus mengubah panduan melindungi diri dari COVID-19.

Misalnya, jika sebelumnya anjuran jarak adalah sekitar 1,8 meter, kini mereka menyebut bahwa 1,8 meter adalah jarak minimal yang harus dijaga jika memungkinkan.

Selain itu, anjuran baru lainnya adalah agar orang yang sakit mengisolasi diri di rumah, hingga menyarankan penggunaan penjernih udara atau air purifier demi mengurangi kuman yang melayang di udara.

(*)