CewekBanget.ID - Kalangan remaja atau anak muda biasanya gemar mendengarkan musik atau menonton sambil menggunakan headset atau earphone.
Memang menggunakan perangkat tersebut mempermudah kita untuk mendengar audio dari ponsel atau gadget lainnya dengan lebih jelas dan minim gangguan suara.
Tapi meskipun headset saat ini didesain lebih aman dan nyaman bagi telinga, penggunaan headset dalam jangka panjang tetap berbahaya bagi kita, lho.
Baca Juga: Gini Cara Atasi 4 Gangguan Pendengaran yang Sangat Menyiksa Ini!
Bahaya Bagi Pendengaran
Penggunaan headset dalam jangka panjang bisa menjadi masalah jika sering dipakai dengan durasi yang lama dan volume yang keras.
Awal 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa 1,1 miliar orang muda mempunyai risiko kehilangan pendengaran karena alat audio pribadi dan kebisingan suara di tempat-tempat hiburan, seperti diskotek dan konser musik yang tingkat kebisingan dapat mencapai 120 dB selama berjam-jam.
Dilaporkan 1 dari 5 remaja Amerika Serikat sudah menderita gangguan pendengaran dan gangguan pendengaran di kalangan remaja saat ini adalah sekitar 30 persen lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Ambang Batas Aman
Seseorang masih aman mendengarkan suara di headset sampai 85 desibel (dB) sepanjang hari atau delapan jam, kira-kira setara dengan suara lalu lintas kota yang bising.
Jika mendengarkan melebihi angka itu, kemampuan pendengaran seseorang bisa terancam.
Sebagai contoh, seseorang memilih mendengarkan suara paling kencang di gadget yang intensitasnya bisa mencapai 120 desibel, setara dengan kebisingan saat mendengarkan konser musik rock.
Pada level tersebut, seseorang dapat kehilangan pendengaran dalam rentang waktu 15 menit sampai sejam jika terlalu lama mendengarkan suara dengan intensitas hingga 120 desibel.
Baca Juga: Bisa Pertanda Infeksi Parah! Ini Arti Warna Kotoran Telinga Kita
Gejala Awal Gangguan Pendengaran
Merangkum NIH, suara keras yang melebihi ambang dengar, berulang-ulang dan berlangsung lama, dapat menyebabkan kerusakan telinga dalam, terutama koklea (rumah siput), tepatnya pada sel-sel sensor bunyi (sel rambut luar).
Seseorang hanya diperkenankan berada pada lingkungan bising 100 dB (tanpa alat pelindung pendengaran) selama 15 menit.
Mendengarkan suara 90 dB selama tiga jam saja sudah dapat merusak organ pendengaran, seperti mendengar suara 155 dB (suara jet lepas landas) selama 30 detik.
Dengan demikian, mendengarkan musik atau suara dengan headset dengan volume maksimal disarankan hanya sekitar 5 menit sehari.
Kehilangan pendengaran akibat penggunaan headset biasanya terjadi secara bertahap dan kumulatif.
Untuk memastikan diagnosis kehilangan pendengaran ini, diperlukan langkah pemeriksaan medis.
Namun, ada beberapa tanda gangguan pendengaran akibat paparan suara intens yang bisa diwaspadai.
Beberapa gejala awal gangguan pendengaran akibat penggunaan headset yang kurang tepat antara lain suara berdenging (tinnitus), suara berdering, menderu, mendesis, atau berdengung di telinga, serta kesulitan memahami percakapan di tempat-tempat ramai atau tempat dengan kondisi akustik yang buruk, seperti stasiun kereta api.
Gejala lainnya adalah jika kita mulai terbiasa mendengar televisi (TV) atau suara dari perangkat lain dengan volume lebih tinggi dibandingkan sebelumnya
Jika mengalami gejala berdenging yang menetap pada pemakaian headset maupun berbagai gejala gangguan pendengaran lainnya di atas, sebaiknya siapa saja segera melakukan pemeriksaan pendengaran (audiometri) dan berkonsultasi dengan dokter terkait langkah penanganan terbaik.
Baca Juga: Studi Baru: COVID-19 Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran Permanen!
Prinsip 60/60
Para ahli mengatakan cara terbaik dan praktis untuk melindungi telinga adalah menerapkan prinsip 60/60.
Artinya, siapa saja disarankan menjaga volume pada pemutar rekaman musik di bawah 60 persen (skala volume enam dari volume maksimum 10) dan lamanya mendengar dari headset, earphone, atau headphone maksimal 60 menit per hari.
Pada dasarnya, semakin keras intensitas suara (volume), kian singkat durasi waktu yang diperbolehkan.
Cara lain yang lebih praktis adalah bila pada saat memakai headset seseorang enggak dapat mendengar suara lain di lingkungan sekitar, berarti tingkat kekerasan bunyi sudah terlalu tinggi.
Saat ini juga telah tersedia earphone dengan tambahan fitur noise-cancelling yang cenderung aman bagi telinga karena dapat mengurangi atau menghilangkan kebisingan latar belakang.
Fitur ini dapat mengurangi volume sekitar 50 persen, tetapi pemakainya masih dapat mendengarkan musik dengan volume yang aman dalam waktu yang cukup lama dengan kualitas suara yang lebih lembut dan jernih.
(Irawan Sapto Adhi/Kompas.com)Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Gejala Awal Gangguan Pendengaran akibat Penggunaan Headset"
(*)