Seorang peneliti di Universitas Harvard bernama Martha McClintock menganalisis siklus menstruasi dari sampel kecil perempuan berusia 17 hingga 22 tahun yang tinggal di asrama sebuah perguruan tinggi.
Setelah enam bulan, studi tersebut menemukan, mereka yang memiliki hubungan kedekatan juga memiliki siklus yang berdekatan antara 3-7 hari.
Sementara, bagi kelompok yang enggak memiliki kedekatan siklus menstruasinya berjarak jauh yakni dimulai berselang 5-15 hari.
Namun, banyak peneliti lain yang menganggap kalau analisis studi itu cacat dan mereka mengabaikan temuan McClintock.
Baca Juga: Selama Siklus Menstruasi, Ini 6 Perubahan Pada Tubuh yang Mungkin Kita Alami!
Hanya Mitos?
Setelah itu, ada lagi studi di tahun 1993 yang sangat bertentangan dengan hasil studi McClintock.
Pada studi ini, peneliti mendapatkan kesimpulan, sebanyak 29 pasangan lesbian yang sama-sama mengalami menstruasi enggak mengalami sinkronisasi.
Sebuah studi tahun 1995, teman dekat yang enggak tinggal bersama juga enggak mengalami sinkronisasi menstruasi.
Kemudian pada tahun 2017, aplikasi Clue bekerjasama dengan Universitas Oxford untuk lebih memahami sinkronisasi siklus menstruasi.
Mereka menganalisis siklus 360 pasang cewek yang saling mengenal dengan baik dan melacak siklus mereka melalui aplikasi.
Setelah tiga siklus, 273 pasangan benar-benar melihat perbedaan yang lebih besar pada tanggal mulai siklus dan sinkronisasi menstruasi ini tidak terjadi.
Lagi-lagi, penelitian ini dinilai belum pasti karena enggak melibatkan ahli medis sehingga masih membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.