Mitos dan Fakta Seputar Perasaan Kesepian yang Harus Kita Ketahui!

By Salsabila Putri Pertiwi, Selasa, 17 November 2020 | 14:46 WIB
Proses penerimaan diri dapat membawa kita untuk mulai mencintai diri sendiri. (Foto: Korean Dramaland)

CewekBanget.ID - Kita telah begitu akrab dengan istilah 'kesepian'.

Enggak heran, istilah tersebut sering kita pakai dalam beberapa situasi dan kondisi yang dianggap sesuai. 

Meski sudah banyak digunakan, tetapi tetap saja ada beragam mitos mengenai kesepian yang beredar di sekitar kita.

Parahnya, mitos tentang kesepian tersebut belum tentu benar.

Kalau kita pernah mendengar sejumlah hal mengenai kesepian, cek lagi apakah hal tersebut mitos atau fakta?

Baca Juga: 6 Tanda Kesepian yang Harus Kita Sadari. Salah Satunya Gangguan Tidur!

Kesepian dan Isolasi Sosial Itu Sama

Ilustrasi remaja depresi

Keduanya sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki arti berbeda.

Isolasi sosial adalah keadaan obyektif ketika seseorang sedang sendiri.

Sebaliknya, kesepian adalah sebuah pengalaman subyektif dari kondisi enggak terhubung, artinya seseorang bisa saja berada di tengah banyak orang, namun tetap merasa kesepian.

Kesepian bisa muncul karena merasa enggak dilihat, enggak dipahami, atau enggak diakui, dan bisa muncul dari menghabiskan waktu dengan orang-orang yang enggak berbagi nilai atau minat dengan kita.

Mudahnya, kesepian melibatkan perasaan. Sedangkan isolasi berkaitan dengan situasi. 

Fyi, kesepian juga bisa datang dari kondisi terlalu banyak interaksi dangkal dan enggak cukup memiliki kondisi yang lebih dalam.

Itulah mengapa, yang terpenting bukanlah jumlah ikatan sosial yang kita miliki, melainkan seberapa berkualitasnya ikatan sosial tersebut.

Kesepian Selalu Merupakan Hal Buruk

Katanya, kesepian dapat berdampak negatif terhadap kesehatan seseorang, sedangkan keterhubungan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan.

Namun, hal itu enggak selalu benar. Sebab setiap orang pernah merasakan kesepian dan perasaan itu alami.

Kesepian merupakan cara otak memberi tahu kita bahwa kita enggak mendapatkan sesuatu yang kita butuhkan.

Kita bisa menganggap kesepian sebagai ajakan untuk memeriksa diri kita sendiri, merenungkan kebutuhan kesehatan sosial kita, lalu mengambil tindakan untuk memprioritaskan relasi kita dengan orang lain.

Kesepian juga bisa menjadi sumber kreativitas dan memicu seseorang untuk mengungkapkan pengalamannya.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kesepian menjadi sebuah masalah ketika sudah kronis, jadi jika kita mengalami masalah relasi dalam waktu yang lama, saat itulah kita mungkin memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi terhadap penyakit seperti peradangan, depresi, hingga penyakit jantung.

Dalam jangka panjang, rasa kesepian yang terus ada bisa membuat tubuh stres dan berdampak buruk terhadap kesehatan.

Baca Juga: Jangan Remehkan Bahaya Kesepian, Bisa Sampai Tahap Kronis Lho!

Kesepian Cuma Masalah Orang Tua

Anggapan ini ternyata enggak selalu benar, lho!

Kesepian pada kenyataannya lebih sering dialami oleh orang-orang di kalangan muda.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa Gen Z dan milenial memiliki porsi yang cukup besar terhadap kasus kesepian, daripada orang-orang dari generasi Baby Boomers.

Upaya untuk mengatasi kesepian di kalangan orang tua memang perlu diapresiasi, namun kesejahteraan terhadap remaja dan dewasa muda juga perlu perhatian lebih.

Kesepian Disebabkan Oleh Teknologi

Ilustrasi pakai gadget

Kondisi yang satu ini terbilang lebih rumit.

Tetapi yang perlu diketahui adalah kebiasaan enggak sehat dalam menggunakan teknologi, seperti terus-menerus mengakses media sosial, ternyata dapat membuat seseorang merasa kesepian dan sengsara.

Bagi mereka, membatasi penggunaan teknologi bisa memberikan manfaat.

Meski begitu, teknologi juga bisa menjadi alat penghubung yang kuat, bahkan bertemu dengan orang-orang baru.

Hal ini terutama dirasakan oleh orang-orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang yang mungkin terisolasi karena kondisi disabilitas atau berada di tempat terpencil.

Bagi mereka, teknologi menjadi alat penting untuk menjaga relasi mereka dengan orang lain dan mendapatkan dukungana sosial.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan ponsel pintar justru dapat mengurangi rasa kesepian jika pengguna ponsel tersebut memanfaatkannya untuk berbagi dengan orang lain, namun penggunaan sebaliknya dapat memicu terjadinya stres.

Intinya, penggunaan teknologi secara tepat dapat membantu atau mencegah kesepian yang dialami seseorang.

Baca Juga: Social Distancing Bikin Bad Mood? Obati dengan 5 Aplikasi Ini!

Kesepian Berarti Butuh Teman Baru

Jika kita baru saja pindah ke kota baru atau enggak merasa memiliki relasi sosial sebanyak sebelumnya, kita bisa mendapatkan keuntungan dengan menjalin relasi baru.

Tetapi, cara alternatif untuk meningkatkan kesehatan sosial adalah dengan memperkuat relasi yang sudah ada.

Salah satu caranya adalah lebih membuka diri untuk bisa mengubah obrolan-obrolan ringan menjadi percakapan yang lebih panjang dan mendalam.

Pada intinya, kesepian adalah pengalaman yang muncul dengan cara yang berbeda-beda pada setiap individu.

Dengan memahami beberapa mitos umum, kita bisa fokus meningkatkan kesehatan sosial diri kita sendiri dan orang lain, yang tentunya bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih produktif dalam menjalani hari.

(*)

Baca Juga: Pakai Kemoceng & 8 Kesalahan Membersihkan Rumah yang Justru Bikin Makin Kotor!