Kurangi Mikroplastik, Yuk Kurangi Kebiasaan Ngopi dari Gelas Kertas!

By Salsabila Putri Pertiwi, Kamis, 17 Desember 2020 | 18:05 WIB
Ilustrasi minum kopi (pinterest)

CewekBanget.ID - Minum kopi dari gelas kertas mungkin terasa lebih praktis bagi kita karena enggak perlu repot mencuci gelas.

Selain itu, minuman cepat saji atau takeaway dari kafe juga biasanya disajikan dalam wadah gelas kertas sehingga kita biasa menerimanya seperti itu.

Tapi tahu enggak, rupanya minum kopi atau minuman lainnya dari gelas kertas dan plastik itu enggak dianjurkan, lho!

Baca Juga: Kopi Kenangan Ternyata Merupakan Kopi Kekinan Halal No.1 di Indonesia!

Kopi dan Mikroplastik

Es kopi susu

Beberapa studi mengungkap kopi memiliki manfaat kesehatan.

Namun jika dikonsumsi berlebihan, kopi dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh.

Selain jumlah asupan, cara kita meminum kopi juga mampu memengaruhi kondisi kesehatan.

Studi menemukan bahwa kopi, teh, dan minuman panas lain yang diminum dari wadah berupa gelas kertas dengan lapisan film plastik dapat membuat tubuh terpapar partikel mikroplastik berbahaya.

Partikel tersebut berpotensi menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Rata-rata orang yang minum tiga cangkir teh atau kopi setiap hari dalam gelas kertas akan menelan 75.000 partikel mikroplastik kecil yang enggak terlihat dengan mata telanjang.

Dalam 15 menit saja ketika kopi atau teh dibiarkan sebelum dikonsumsi, lapisan mikroplastik di gelas kertas akan terurai.

Partikel mikroplastik didefinisikan sebagai potongan kecil plastik atau serat sintetis berukuran 5 mm atau kurang.

Partikel ini ada di produk yang dekat dengan kita setiap harinya, seperti ban mobil, pakaian, dan produk kecantikan.

Laporan studi mengatakan mikroplastik yang jumlahnya banyak menemukan jalan ke sumber air dan lautan bumi, dan menimbulkan ancaman bagi kehidupan laut maupun manusia.

Mikroplastik

Berdasarkan studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), plastik mikro ada di 90% dari semua sampel air kemasan yang diuji pada 259 botol (11 merek) terpisah di sembilan negara berbeda.

Para ahli mengingatkan potensi bahaya mikroplastik, seperti menghirup partikel mikrofiber yang bisa menyebabkan penyakit seperti kanker.

Awal tahun ini, tim peneliti dari Arizona State University menemukan jejak bisphenol A (BPA) di setiap sampel jaringan manusia (paru-paru, ginjal, limpa, dan hati).

Bisphenol A adalah bahan kimia berbahaya yang digunakan untuk membuat plastik yang dapat merusak tubuh manusia.

Hal ini merisaukan, sebab bahan non-biodegradable yang ada di mana-mana dapat masuk dan terakumulasi dalam jaringan manusia.

Bahan kimia ini dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk kerusakan reproduksi dan obesitas, ditambah masalah organ dan keterlambatan perkembangan pada anak.

Untuk meminimalisir konsumsi mikropartikel, ada beberapa langkah yang bisa diikuti, nih!

Baca Juga: Kelola Sampah Plastik dengan Benar, Jangan Pernah Dibakar Ya!

Minum Air Putih dari Keran

WHO menemukan mikroplastik di 90% dari semua sampel air kemasan.

Karena itu, pertimbangkan minum lebih banyak air keran dan kurangi membeli air mineral di toko.

Tapi ingat, 'keran' yang dimaksud di sini harus mengalirkan air yang bersih dan layak minum, ya! 

Enggak Memanaskan Makanan dalam Wadah Plastik

Plastik yang dipanaskan diketahui dapat melarutkan bahan kimia ke dalam makanan.

American Academy of Pediatrics juga merekomendasikan untuk enggak memasukkan plastik ke mesin pencuci piring.

Panaskan makanan hanya menggunakan wadah non-plastik yang memang difungsikan untuk dapat masuk ke mesin microwave atau sejenisnya.

Baca Juga: Jangan Diabaikan, Ini 6 Fakta Mengejutkan Tentang Sampah Plastik!

Rajin Membersihkan Rumah

Rajin membersihkan rumah juga dapat membantu banget untuk mengurangi kadar mikropartikel yang mungkin enggak sengaja kita hirup.

Pasalnya, debu yang menumpuk di permukaan rumah dapat mengandung bahan kimia berbahaya.

Bersihkan rumah lebih sering untuk membantu meminimalkan paparan bahan kimia berbahaya ke tubuh.

Kurangi Wadah Plastik

Jika memungkinkan, pilihlah produk yang dikemas dalam kaca daripada plastik.

Gunakan wadah nonplastik yang dapat digunakan kembali bila memungkinkan.

Selain itu, akan lebih baik jika kita mendukung kebijakan yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai.

(*)