CewekBanget.ID - Pernah enggak nih, kita melihat selebgram atau figur publik seperti influencer yang viral di media sosial melakukan endorse program investasi dengan tawaran keuntungan yang bikin ngiler dalam waktu singkat?
Ups, kalau pernah melihat hal seperti itu, kita mesti hati-hati, girls.
Jenis investasi bodong yang juga disebut sebagai skema Ponzi ini sebetulnya malah merugikan pesertanya.
Bahkan kerugian bisa mencapai ratusan juta Rupiah, lho. Ngeri!
Tapi sebetulnya apa itu skema Ponzi dan bagaimana investasi bodong ini menjebak kita?
Baca Juga: Cara Tiap Zodiak Mengatur Keuangan (Part 2): Virgo Mulai Pikirkan Soal Investasi
Keamanan Investasi
Sebelum membahas lebih lanjut tentang skema ponzi, kita perlu ingat bahwa investasi enggak ada yang bisa memberikan keuntungan dalam waktu sangat singkat.
Investasi dalam hitungan hari dengan return yang enggak masuk akal itu tidak akan pernah terjadi ya, girls.
Sebagai contoh kita membeli reksadana. Untuk keuntungan besar yang kita dapatkan, kita harus bersabar berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Oleh karena itum enggak ada salahnya mencurigai setiap penawaran investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
Jika pengin aman, sebaiknya masyarakat berinvestasi hanya di lembaga keuangan resmi yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara itu, investasi di sektor riil seperti emas dan investasi usaha memang enggak diatur OJK, sehingga ada baiknya hanya berhubungan dengan pihak yang bisa dipercaya, misalnya saat akan berinvestasi usaha.
Skema Ponzi
Salah satu penipuan investasi yang marak terjadi dan memakan banyak korban adalah skema Ponzi.
Rupanya istilah ponzi mengambil nama mafioso Italia yang menetap di Amerika Serikat (AS), yakni Carlo Pietro Giovanni Guglielmo Tebaldo Ponzi atau Charles Ponzi, yang menjalankan usaha dengan cara kotor melalui tipu muslihat untuk menumpuk keuntungan.
Ada tiga karakteristik agen ekonomi secara teori menurut para ahli ekonomi, yaitu mereka yang tergolong hedge, speculative, dan ponzi.
Agen ekonomi digolongkan hedge jika pengelolaan usaha atau portofolio kekayaannya cenderung hati-hati dan menghindari risiko berlebihan.
Sedangkan mereka disebut speculative jika cenderung berani dalam mengambil keputusan sehingga kadang berada pada situasi berisiko.
Nah, yang terakhir, agen ekonomi yang tergolong Ponzi adalah ketika mereka dengan sengaja membiarkan diri enggak mampu melunasi kewajiban mereka.
Bahkan, jika seluruh aset mereka dijual sekalipun, utang-utangnya enggak akan tertutup.
Meski bersifat kriminal, investasi skema ponzi ini bermain di wilayah elit dalam kesadaran masyarakat dengan menjual nama-nama besar sebagai endorser.
Sistem pengelolaannya dibungkus sedemikian rapi dan seakan-akan bonafide atau resmi, padahal skema yang dijalankan sama sekali enggak bisa dipertanggungjawabkan.
Baca Juga: Pentingnya Perencanaan Investasi Keuangan di Tengah Pandemi!
Piramida Skema Ponzi
Skema Ponzi adalah skema investasi bertingkat atau sering disebut piramida.
Pada skema ini, investor yang lebih awal mendapatkan hasil dari setoran investasi para investor yang masuk belakangan.
Skema ini biasanya berkedok usaha, tapi uang dari investor enggak murni dijadikan sebagai modal usaha.
Sebaliknya, uang dari investor justru dipakai untuk membayar keuntungan yang dijanjikan pada investor yang telah bergabung sebelumnya.
Ada beberapa ciri-ciri umum skema Ponzi yang bisa dikenali, yaitu menjanjikan imbal hasil fixed atau tetap tiap bulan.
Selain itu, menjanjikan imbal hasil sangat tinggi (>2% per bulan), usahanya yang enggak jelas, dalam artian memiliki skala ekonomi yang jelas berapa modal yang diperlukan; serta investor lama diajak untuk menggaet investor baru dan mendapat bonus tambahan lagi dari situ.
Investasi Harus Masuk Akal
Inilah pentingnya mempelajari soal skema keuangan dan investasi sejak masih muda, girls.
Apalagi enggak sedikit sosok terkenal yang sering kita lihat di media sosial yang juga menawarkan program yang termasuk ke dalam skema Ponzi.
Untuk produk keuangan, di tengah resesi seperti yang dialami Indonesia selama pandemi seperti ini, lebih menarik berinvestasi pada produk yang menghasilkan fixed income, misalnya obligasi, sukuk, dan deposito.
Khusus untuk saham harus selektif sekali pilih sektor atau emiten yang tetap positif di masa resesi.
Sementara itu, untuk investasi di sektor riil, para ahli menyarankan ada baiknya dikurangi terlebih dulu atau minimal ditinjau ulang, apakah sektor usahanya terdampak parah atau enggak.
Jika masih pengin berinvestasi di sektor riil, sebaiknya kita berinvestasi pada emas.
Pasalnya, emas malah makin menarik di saat ekonomi memburuk; harga emas biasanya naik tinggi saat terjadi krisis ekonomi.
(*)
Baca Juga: Awas! Ini Tandanya Pemasukan Enggak Bisa Mengimbangi Gaya Hidup!