Dalam hal ini, remaja yang menikah di usia dini seringkali mengalami masalah perekonomian keluarga, sehingga rumah tangga menjadi sulit harmonis.
Berdasarkan data, kasus perceraian tertinggi karena perselisihan dan pertengkaran terus menerus biasanya dialami oleh kelompok usia 20-24 tahun dengan usia pernikahan di bawah lima tahun.
Tingginya angka perceraian pada kelompok tersebut disebabkan oleh pernikahan yang dilakukan di usia muda.
Ini bisa terjadi karena "pelaku" nikah muda belum siap menjalani kehidupan berkeluarga.
"Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan individu menjalankan peran sebagai suami atau istri, meliputi pengetahuan akan tugasnya dalam rumah tangga, kesiapan mental, perilaku, perasaan, pikiran, serta sikap seseorang," jelas Hasto.
Makanya, enggak heran kalau BKKBN meminta agar kita sebagai remaja enggak mudah terpengaruh oleh ajakan menikah di usia muda yang ditawarkan Aisha Weddings ataupun organisasi lainnya, ya.
Kita wajib ingat dan sadar kalau pernikahan itu sebaiknya dilandaskan kematangan persiapan dari pihak laki-laki ataupun perempuan, baik kematangan secara psikologis maupun jasmani.
(Gading Perkasa/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspadai, 5 Risiko Mematikan karena Pernikahan Dini"
(*)
Baca Juga: Aurel Hermansyah Akan Nikah, Ngasih Kabar ke Krisdayanti Mendadak?