Perempuan dan Kepemimpinan
Pada tahun ini, tema yang diusung IWD adalah upaya mencapai kesetaraan di masa depan dengan kepemimpinan perempuan, utamanya di tengah COVID-19.
Fyi, dilansir dari laporan Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) di situs UN Women, perempuan masih kurang direpresentasikan dalam kehidupan publik dan pembuatan keputusan.
Malah, hanya 24.9% perempuan yang menempati kursi di dewan perwakilan rakyat, padahal perempuan juga menjadi kepala pemerintahan di 22 negara.
Selain itu, di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini, perempuan juga berada di garda terdepan melawan penyakit tersebut, baik sebagai tenaga medis, ilmuwan, serta dokter dan perawat; tapi mereka dibayar lebih sedikit ketimbang pekerja laki-laki di bidang yang sama.
Padahal kepemimpinan perempuan biasanya membawa hasil yang positif, seperti sejumlah contoh respon efisien terhadap pandemi COVID-19 yang digerakkan oleh perempuan.
Kita juga tahu, betapa banyak perempuan terjun ke barisan terdepan dalam berbagai aktivisme online hingga ke jalan dalam berbagai bidang, misalnya keadilan sosial, perubahan iklim, dan lain-lain.
Kepemimpinan Efektif
Dilansir dari Forbes, studi menunjukkan bahwa perempuan justru lebih handal dalam kepemimpinan yang efektif ketimbang laki-laki.
Pasalnya, perempuan memiliki sejumlah soft skills seperti empati, komunikasi, dan kemampuan mendengarkan yang membuat kita dapat bekerja dengan baik di posisi yang berkaitan dengan manajemen.
Namun ironisnya, soft skills yang esensial dalam kepemimpinan ini justru kerap dianggap sebagai hal yang membuat perempuan enggak pantas memimpin karena identik dengan sifat 'terlalu lembut' atau 'terlalu berempati'.
Baca Juga: #Girls4TheFuture, 4 Kesalahan di Usia 20an Ini Bisa Perburuk Karier!