Dilahirkan pada 1763, Joséphine adalah putri sulung seorang bangsawan Prancis yang memiliki perkebunan tebu di Les Trois-Îlets, Martinique.
Dia tinggal di pulau itu sampai dia berusia 15 tahun, kemudian pindah ke Paris pada 1779.
Dia menarik perhatian seorang perwira muda bernama Napoleon Bonaparte dan keduanya menikah pada 1796.
Pernikahan itu dibatalkan pada 1810, dan Joséphine tinggal di luar sisa hari-harinya di kediaman pribadi di luar Paris.
Setelah dia meninggal pada 1814, Napoleon menugaskan anak buahnya untuk membuat patung Joséphine.
Patung itu dipasang di Taman La Savane di pusat kota Fort-de-France, Martinique pada 1859.
Sayang patung itu enggak diterima dengan baik oleh para penduduk lokal.
Pada 1991, sekelompok orang "memenggal" patung Josephine dalam eksekusi simbolis dan memercikinya dengan cat merah.
Itu menimbulkan pertanyaan; Mengapa Joséphine begitu dibenci?
Jawabannya adalah karena peran instrumental yang dia pegang dalam mengembalikan perbudakan di koloni Prancis.
Prancis telah menghapuskan perbudakan pada 1789, tetapi kurang dari 10 tahun kemudian ketika Napoleon dan Joséphine naik tahta, praktik itu dikembalikan.
Beberapa percaya ini dilakukan untuk kepentingan perkebunan keluarganya di Martinique yang berjuang untuk bertahan dalam bisnis.
Hari ini, patung itu tetap tanpa kepala.
Setiap tahun, cat merah baru ditambahkan ke patungnya, sehingga enggak pernah pudar.
(Ambar Purwaningrum/TribunTravel)
Artikel ini telah tayang di Tribunmanado.co.id dengan judul "Kisah Patung Guidarello Guidarelli, Wanita yang Mencium Patung Ini Konon akan Segera Menikah"
(*)
Baca Juga: Ternyata Begini Asal Usul Kata VIRAL yang Sering Dipakai di Internet