5 Tradisi Lebaran Unik di Berbagai Daerah di Indonesia. Sarat Makna!

By Siti Fatimah Al Mukarramah, Kamis, 6 Mei 2021 | 17:40 WIB
Tradisi lebaran unik di Indonesia: Grebeg Syawal (Yogyakarta) (tribunnews.com)

CewekBanget.ID - Untuk menyemarakkan suasana lebaran, biasanya setiap daerah di Indonesia memiliki cara tersendiri untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Dan enggak sedikit tradisi lebaran di berbagai daerah di Indonesia yang bisa dibilang cukup unik dan seru untuk diikuti, lho.

Yuk kepoin beberapa tradisi lebaran unik dari berbagai daerah di Indonesia. Seru dan sarat makna!

Baca Juga: 5 Model Gamis Lebaran Cantik ala Ayana Moon. Tetap Santun dan Modis!

1. Yogyakarta: Grebeg Syawal

Melansir Kompas.com, tradisi unik Grebeg Syawal yang terkenal di Yogyakarta merupakan sebuah ritual Keraton Yogyakarta untuk memperingati Idul Fitri yang dilaksanakan tepat pada 1 Syawal.

Sejumlah masyarakat percaya, Gunungan Grebeg membawa berkah dan ketenteraman.

Upacara ini diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang (Kakung) dan dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan.

Gunungan Lanang terbuat dari sayur-mayur dan hasil bumi lainnya.

Dalam tradisi ini, Gunungan Lanang dikawal oleh prajurit keraton.

Pengawalan dilakukan karena sayur-mayur dan hasil bumi ini nantinya akan diambil secara berebutan oleh masyarakat.

2. Sulawesi Selatan: Maleppe'

Maleppe' sendiri memiliki arti 'melipat' atau 'melepas'. Untuk sejumlah kalangan, Maleppe' ini berkaitan erat sama makna Idul Fitri yang udah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Setelah melewati satu bulan Ramadan, orang-orang diibaratkan melipat lembaran penuh noda dan memberi ruang untuk lembaran yang baru yang masih suci dan bersih.

Meleppe' juga memiliki makna melepas dosa-dosa dalam diri sendiri, dan melepaskan atau mengikhlaskan dosa orang lain dengan cara memberikan maaf.

Tradisi ini biasanya dilakukan setelah selesai sholat Idul Fitri.

Di mana masyarakat di sana saling berkunjung atau satu sama lain dengan tetangga hingga kerabat keluarga. Biasanya tuan rumah akan menyuguhkan berbagai jenis makanan khas lebaran kepada tamunya.

Biasanya, makanan tersebut harus didoakan terlebih dahulu sama Puang Anre Guru atau Daeng Imam yang berposisi setara dengan pemuka agama.

Baca Juga: 4 Cara Jitu Biar Jerawat Bandel Cepat Kempis. Wajah Jadi Mulus Deh!

3. Bali: Nyama Selam

Di Bali, terdapat tradisi makan-makan atau Nyama Selam yang menyiratkan keberagaman agama dan keindahan toleransi beragama.

Nyama Selam artinya saudara dari kalangan Muslim, merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas beragama Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam.

Salah satu tradisi yang kental dilakukan Nyama Selam adalah "ngejot" yang udah berlangsung secara turun-temurun.

Menjelang Idul Fitri, masyarakat Muslim akan melakukan "ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya, enggak peduli apa pun agama mereka.

Tradisi ini udah dilakukan sejak masa kerajaan dan hampir dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Bali.

Enggak cuma masyarakat Islam, umat Hindu juga akan memberikan balasan dengan melakukan "ngejot" kepada umat muslim pada Nyepi atau Galungan, lho!

4. Maluku: Tradisi Tapur

Tradisi Tapur merupakan salah satu ritual perayaan Idul Fitri yang rutin diadakan oleh penduduk Desa Tengahtengah, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon.

Biasanya tradisi ini identik sama pawai hadrat dan bertakbir keliling kampung sambil membawa belasan nampan raksasa berisi berbagai macam penganan dan minuman, sebelum dibawa ke mesjid setempat.

Nampan-nampan tersebut berisi penganan dan minuman yang dikumpulkan dari para saniri (lembaga adat), perwakilan soa dan mata rumah (kelompok marga dalam strata masyarakat adat Maluku) untuk dibagikan kepada warga.

Tapur sendiri adalah bahasa tradisional Desa Tengahtengah untuk menyebut nampan atau baki yang digunakan membawa makanan dan minuman.

Pelaksanaan tradisi tapur di Desa Tengahtengah biasanya selalu ramai. Enggak cuma oleh warga setempat tetapi warga dari desa-desa tetangga juga datang untuk menyaksikan acara tersebut.

5. Pontianak: Festival Meriam Karbit

Di Pontianak, Kalimantan Barat, masyarakat akan melangsungkan Festival Meriam Karbit.

Festival ini umumnya diadakan di tepian Sungai Kapuas.

Adapun perayaan ini biasanya digelar 3 hari yaitu sebelum, saat, dan sesudah lebaran.

Biasanya, festival ini dijadikan sebagai ajang perlombaan, lho!

Peserta yang memiliki meriam dengan bunyi paling kompak akan mendapatkan nilai paling tinggi.

Diketahui, pembuatan Meriam Karbit merogoh kocek sebesar Rp 15-30 juta!

Meriam ini terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian dan menghasilkan bentuk meriam yang panjang dengan bentuk silinder yang lebar.

Meriamnya juga dilengkapi dengan rotan yang digunakan sebagai pengikat meriam.

Warga sekitar juga percaya kalau meriam ini bisa mengusir kuntilanak karena mengeluarkan suara yang bising! (*)

Baca Juga: 4 Zodiak Ini Paling Susah Ibadah di Bulan Puasa. Kalau Kamu?