Dilansir dari techtimes.com, FOMO biasanya banyak dialami remaja akibat pengaruh media sosial, nih.
Kita bisa mengenali kecenderungan FOMO ketika misalnya kita melihat teman update kalau doi baru saja membeli tas terbaru yang banyak dipakai orang belakangan ini, lalu kita merasakan dorongan untuk membeli tas yang sama karena enggak mau ketinggalan tren.
Padahal bisa jadi sebetulnya kita sedang enggak butuh tas baru, atau tas yang hits tersebut sebenarnya biasa saja dan enggak cocok dengan kebutuhan kita sehari-hari.
Atau kalau kita sering ikut nongkrong di kafe bersama teman-teman dan membeli segelas kopi seharga 40 ribuan Rupiah hampir setiap hari, ini juga bisa termasuk FOMO, lho!
Baca Juga: 3 Alasan Cewek Harus Pintar Soal Literasi Keuangan Bahkan Sejak Remaja
Dampak YOLO dan FOMO
Fyi, kebiasaan-kebiasaan YOLO dan FOMO sangat berisiko membuat kita lebih boros secara sadar atau enggak sadar.
Secara psikologis, kedua prinsip ini membuat kita lebih konsumtif dan kerap menimbulkan perasaan negatif apabila kita enggak bisa memenuhinya.
Selain itu, kita jadi kurang mempertimbangkan tunjangan finansial untuk masa depan kita sendiri karena terlalu sibuk membuat pengeluaran untuk saat ini.
Jadi kita kesulitan menabung atau berinvestasi, deh!
Lebih parah lagi kalau kita sampai menganggap perilaku YOLO dan FOMO sebagai sesuatu yang wajar dan harus dilakukan.
Akibatnya, keuangan kita jadi jebol demi membeli 'pengalaman' yang enggak seimbang dengan penghasilan yang kita miliki.
Bahkan, kecenderungan untuk menggunakan kartu kredit atau memulai pinjaman online demi memenuhi YOLO dan FOMO juga sangat mungkin terjadi.