Mereka enggak akan mengklaim 100% hasil yang didapat akurat, dan meminta pengguna enggak menjadikan hasil dari aplikasi sebagai patokan apa lagi dalam situasi darurat.
Direktur kantor kedokteran Universitas Alabama di Sekolah Kesehatan Birmingham, Walter Schrading, bersama koleganya, pernah menguji oksimeter online dan berikut hasilnya dikutip dari Kompas.com.
- Kumpulan data atau dataset yang diujikan tidak menyertakan berbagai macam jenis kulit.
Baca Juga: Jangan Sembunyi-Sembunyi, Ini Pentingnya Lapor Saat Positif COVID-19!
- Kedua, dataset yang diuji mencakup kisaran saturasi oksigen yang terbatas. Sebagian besar berada pada kisaran normal, yakni 95-100 persen.
Sementara oksimeter yang digunakan secara klinis harus mencakup saturasi oksigen 70 persen hingga 100 persen.
- Ketiga, tidak ada dataset independen yang menguji akurasi aplikasi
Sehingga untuk kepentingan kesehatan terutama pemulihan COVID-19 harusnya memakai alat oksimeter yang asli bukan dari aplikasi ya girls!
(*)