Terus berinovasi, kini setiap bulan majalah INTISARI menyajikan ‘edisi khusus’, lho!
Setiap bulan sajian kisah-kisahnya bertumpu pada cerita di balik sampul, enggak hanya menyajikan cerita fakta, tapi juga bertumpu pada narasi manusianya.
Beragam peristiwa yang terjadi hari ini memang enggak terlepas dari peristiwa dan pelakunya pada masa silam.
Baca Juga: Profil Ardelia Muthia Zahwa, Pembawa Baki Upacara Peringatan HUT RI di Istana Negara
Sepanjang tahun ini, INTISARI mengajak para pembacanya untuk tetap bersemangat dalam #KitaDigdaya.
Aktivitas di media sosial ini mengungkap kembali kejeniusan sejarah dan budaya kita, dengan tujuan untuk kembali membangun kepercayaan diri dan kebesaran jiwa untuk bangkit dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Harapan Sang Pelopor
Di usianya yang sudah 58 tahun ini, segenap redaksi majalh INTISARI pun berharap semua sajian yang mereka sajikan mampu membangkitkan kembali daya literasi Indonesia.
Berharap terdapat perubahan pemahaman tentang kebinekaan—budaya, manusia, dan bentang alam—sehingga kita lebih mengenali riwayat yang membentuk Indonesia.
Tidak lupa, terucap juga harapan tentang pemahaman kita yang lebih baik dalam memandang isu-isu global, yang sejatinya turut memengaruhi kehidupan di Indonesia.
Kini, INTISARI menjadi salah satu media nasional tertua di Indonesia.
Yup! sudah lebih dari tiga dekade silam, Jakob Oetama pernah menerawang tentang media-media yang mampu bertahan hidup dalam Perspektif Pers Indonesia.
Baca Juga: Pertama Kali Patah Hati Pas SMA, Kevin Hugo: Berpisah untuk Berkembang
"Kata kunci di sini adalah bahwa media cetak bertahan hidup bahkan akan tetap berkembang sekalipun menghadapi saingan media elektronis,” ungkap Pak Jo.
“asalkan tanggap akan perubahan dan mampu menyesuaikan serta menguasai perubahan. Inovasi dan adaptasi!” lanjutnya.
Berhasil menembus lorong waktu, selamat ulang tahun ke-58 INTISARI dan KG Media!
Dirgahayu dan terus menginspirasi karena bersama #KitaDigdaya untuk Negeri!
(*)