Optimisme Ternyata Bisa Jadi Negatif? Namanya Toxic Positivity, nih!

By Salsabila Putri Pertiwi, Rabu, 8 September 2021 | 13:35 WIB
Drama 'The Devil Judge' (foto : tvN)

CewekBanget.ID - Kita mungkin merasa harus menjalani hidup dengan optimisme dan semangat setiap harinya.

Tapi nyatanya, hidup enggak selalu berlangsung secara positif dan ada berbagai situasi yang membuat kita harus merasa enggak nyaman, termasuk ketika kita hidup di tengah masa pandemi seperti saat ini.

Nah, meski mempertahankan optimisme adalah hal yang baik, jangan sampai kita membuatnya jadi sesuatu yang negatif dengan menerapkan toxic positivity, ya!

Baca Juga: Pacar Toxic, Gaslighting Bisa dengan Mudah Dia Lakukan. Ini Cirinya!

Toxic Positivity

Toxic positivity adalah ketika seseorang menggunakan atau menuntut emosi yang positif atau optimisme dengan cara yang menekan atau enggak menghargai orang lain.

Toxic positivity bisa saja berupa upaya menjaga agar orang-orang enggak berpikir negatif di tengah situasi buruk, atau bahkan membungkam orang yang pengin menyuarakan perasaan enggak nyaman dan emosi negatif yang mereka rasakan.

Kita juga bisa memandang toxic positivity sebagai mekanisme perlindungan yang membuat seseorang menolak pesimisme begitu keras hingga mereka enggak mengakui hal-hal yang menyebabkan perasaan negatif seperti kesedihan, kemarahan, dan kecemasan.

Baca Juga: Belajar di Film Selesai, 4 Sifat Cowok Ini Cuma Bikin Hubungan Toxic!

Memaksakan Optimisme kepada Orang Lain

Ini bukan berarti kita enggak boleh berpikir positif atau optimis lho, girls.

Malah, kadang kita membutuhkan sudut pandang positif dan boleh mendukung orang lain agar merasa lebih positif saat dilakukan dengan benar dan ketika memang dibutuhkan.

Kalau kita hendak menjauhi perasaan negatif karena situasi yang dihadapi memang enggak terkontrol pun, sebetulnya enggak masalah karena perasaan yang membuat kita enggak nyaman itu kadang enggak dapat membantu kita untuk menyelesaikan atau keluar dari masalah.

Yang jadi persoalan dari toxic positivity adalah ketika kita menuntut orang lain untuk sama-sama merasa positif dan mengkritisi mereka kalau sampai merasa enggak nyaman dan dilanda emosi negatif yang enggak terhindarkan.

Ingat, kita enggak berhak untuk mengatur cara orang lain merasakan atau memandang sesuatu.

 

Menerima Perasaan Enggak Nyaman

 

Kita harus bisa menerima kenyataan kalau hidup enggak selalu positif dan enggak dapat berharap diri kita atau orang lain dapat merasakan optimisme setiap saat.

Misalnya, orang yang mengalami gangguan kecemasan tentu lebih rentan merasakan emosi negatif sehari-hari.

Kalau kita menuntut orang lain untuk selalu merasa positif, ini bisa membuat kita enggak punya toleransi dan membuat orang lain menghindari dan menekan perasaan negatif bahkan tanpa disadari.

Baca Juga: Terjebak Toxic Relationship? Psikolog Jennyfer Jabarkan Alasannya

Dampak Toxic Positivity

Menekan dan memendam emosi sama sekali bukan hal yang baik untuk dilakukan.

Kita bisa sampai kehilangan kendali atas emosi kita sendiri kalau terlalu sering mengabaikan dan memendam emosi hanya karena enggak pengin tampak negatif.

Memendam emosi juga dapat menyebabkan stres dan membuat kita terbiasa menutupi masalah sehingga kita malah enggak dapat menyadari tanda bahaya yang sebetulnya terlihat kalau kita enggak menahan emosi negatif.

Jadi hindari toxic positivity yang bisa jadi merugikan diri sendiri dan orang lain, ya.

Merasakan emosi negatif itu hal yang manusiawi kok, selama dilakukan dalam batas wajar.

 

(*)