Joki Vaksin Disuntik Sampai 16 Kali Dibayar Rp 800 Ribu Sekali Suntik, Efeknya Fatal?

By None, Senin, 27 Desember 2021 | 19:35 WIB
Joki Vaksin (foto : tribunnews)

dr. Tirta Mandira Hudhi, mengetahui fakta ini pun ikut bersuara.

Lewat unggahan di Instagram pribadinya, Rabu (22/12/2021) lalu, ayah satu anak ini ikut mengomentari berita tersebut.

dr. Tirta mengaku syok sekaligus takjub ada orang yang disuntik vaksin hingga 16 kali.

"Mantep, wis ngluwihi thanos bosku, dan ajukan rekor dunia "orang yang mendapat vaksin covid terbanyak di dunia"

Apa efeknya di vaksin 16x? Tergantung kondisi badan masing2 orang. Jika kuat, ya enggak ada efeknya, tapi kalo enggak kuat, bisa terjadi reaksi alergi yg parah (emoji)

Sekedar hikmah

joki vaksin, ini pertanda verifikasi data kita masih ga bagusInstruksi dari hulu, ga dilanjutkan dengan bagus sampai hilir

Kalo misal berita ini ga benar, ya brarti harus slidiki hehe," ungkap dr. Tirta di unggahannya.

Enggak hanya itu, dr. Tirta ini juga mengungkapkan soal efek ketika seseorang menerima vaksin berlebih.

Baca Juga: Vaksin Booster 2022 Ada yang Gratis dan Berbayar. Bisa Beli di Apotek!

Hal ini diungkapnya lewat unggahan di Instagram Story-nya.

"Apalah efek divaksin Covid 16 kali?

Banyak kemungkinan, pertama harus dicek dulu bener apa nggaknya dia vaksin 16x atau cuma ngaku-ngaku.

Cek juga titer antibodinya," kata dr. Tirta.

Dia pun menjelaskan adanya dua kemungkinan reaksi yang diterima seseorang saat vaksin sebanyak itu.

"Reaksi pertama tentu kalau tubuh nggak kuat adalah kemungkinan alergi.

Tapi kayaknya badan doi kuat-kuat aje ye (emoji)," terangnya.

"Reaksi kedua, tergantung vaksin yang diberikan, durasi antar pemberian vaksinnya.

Kalau strain beda-beda, dan tubuh kuat, bisa diduga titer antibodi pasti sangat tinggi.

Virusnya jiper masuk tubuh dia hahaha," tambahnya.

dr. Tirta bahkan menyebutkan jika berita ini benar, joki vaksin tersebut bisa dijadikan penelitian.

"So, sebaiknya amati aja orang yang ngaku sebagai joki vaksin ini. Kalau bener 16 dosis, ini bisa jadi penelitian. Bukan di Indonesia saja, tapi di dunia," tutupnya.