Iri adalah Pencerahan
Sadar enggak, kalau rasa iri sesungguhnya adalah emosi yang bekerja sebagai 'lentera'?
Kalau diproses dengan benar, iri akan menunjukkan apa yang sebetulnya kita inginkan, yang selama ini kita anggap enggak bisa kita lakukan, bahkan meski kita belum mencobanya.
Rasa iri juga menampilkan hal yang selama ini pengin kita miliki, tapi kita selalu merasa enggak pantas mendapatkannya.
Tanpa rasa iri, mungkin kita enggak bakal sadar kalau kita telah merendahkan dan memojokkan gagasan atas kemajuan diri kita sendiri.
Kita terbiasa mencari-cari kesalahan dalam setiap ide yang kita pikirkan, sehingga muncul perasaan ragu, takut, dan bimbang setiap kali hendak berbuat sesuatu.
Dan saat ada seseorang yang ternyata bisa melakukan itu, mungkin dengan atau tanpa upaya yang sama besarnya seperti kita, maka kita merasa iri.
Yang kita inginkan dari orang tersebut bukannya kehidupan mereka, melainkan perwujudan diri kita sendiri yang enggak bisa kita realisasikan dan malah dijalani oleh orang itu.
Kita mungkin juga pengin apa saja yang orang itu berikan pada dirinya sendiri, seperti kebolehan untuk memiliki, merasakan, dan mengejar.
Contoh lainnya adalah ketika kita sirik melihat seseorang berpacaran dengan pasangannya.
Rasa iri muncul bukan karena kita pengin pacaran dengan salah satu di antara mereka, tetapi lebih karena kita juga mau punya hubungan yang baik dengan seseorang seperti itu.
Selain itu, cara orang menjalani hidup juga kerap menimbulkan rasa iri dan enggak terima.