Tahap-Tahap Grooming
Ada sejumlah tahap dalam grooming atau child grooming yang kerap diabaikan dan harus kita perhatikan mulai sekarang.
Pertama-tama, pelaku biasanya menargetkan calon korban yang masih berusia di bawah umur, seperti anak-anak dan remaja.
Pelaku pun bakal mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang kelemahan calon korban dan situasi emosional yang membuat korban merasa tersingkir atau terabaikan, misalnya jika korban memiliki latar belakang keluarga dan pertemanan yang bermasalah, insecure, dan lain-lain.
Setelah itu, pelaku akan mendekati korban hingga keluarga korban, demi mendapatkan kepercayaan mereka dan membuat pelaku lebih gampang mengakses batasan pribadi korban.
Di sinilah manipulasi pelaku bisa dimulai, misalnya ketika pelaku hendak melakukan sesuatu terhadap korban, ia akan berusaha meyakinkan korban kalau keluarga dan orang terdekat mereka sudah mempercayai dirinya.
Kemudian korban mulai diisolasi oleh pelaku, dengan merencanakan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh mereka berdua dan membuat korban percaya kalau hanya dialah yang boleh menemani dan bersama dengan korban.
Grooming juga semakin berbahaya saat sudah mengarah pada seksualisasi hubungan, misalnya saat pelaku atau predator mengenalkan konsep-konsep aktivitas seksual kepada korban, entah dengan menunjukkan konten-konten seksual, bermain roleplay, dan sebagainya.
Pelaku juga berusaha membentuk persepsi pada korban kalau mereka boleh melakukan aktivitas seksual bersama, dan mengontrol korban secara seksual pula.
Di sini, kekerasan seksual terjadi.
Pada intinya, pelaku grooming sebagai orang dewasa terus mengontrol dan memegang kuasa atas diri korban di bawah umur, dengan memberikan rasa 'aman' palsu pada korban.